Indonesia di ambang "tsunami Covid-19" seperti India
Tren kenaikan kasus Covid-19 akibat banyak pemudik ngotot ke kampung halaman akan terlihat dalam 2-3 minggu pasca-Lebaran.
Kegiatan keagamaan dan politik di Indonesia disebut berpotensi menimbulkan "tsunami Covid-19" di Tanah Air seperti di India. Alasannya, mudik memicu kerumunan massal yang berujung pada kenaikan kasus terkonfirmasi.
"Apabila kita tidak sama-sama menjaga agar penularan tidak semakin meluas, contohnya dengan tetap mudik, mengunjungi orang tua, dan saudara di kampung halaman, bukan tidak mungkin kasus Covid-19 di Indonesia akan kembali meningkat bahkan sama parahnya dengan di India,” ujar Juru bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, dalam telekonferensi,Selasa (11/5).
India dilanda tsunami Covid-19 yang mengakibatkan rumah sakit (RS) tidak lagi mampu menampung pasien. Tenaga kesehatan (nakes) pun kewalahan merawat pasien.
Selain itu, stok alat kesehatan (alkes) dan obat-obatan tidak mencukupi. "Jangan sampai kita berada dalam kondisi seperti ini. Maka dari itu, jangan lakukan silaturahmi fisik," sarannya.
Karenanya, Satgas Covid-19 menyayangkan sikap pemudik yang nekat menerobos penyekatan. Padahal, pemerintah menerapkan larangan mudik guna meminimalisasi risiko penularan SARS-CoV-2.
"Oleh karena itu, saya meminta agar masyarakat tidak melakukan kegiatan yang melanggar kebijakan ini dan berpotensi mendapatkan konsekuensi hukum. Patuhi kebijakan ini untuk kebaikan bersama dalam mencegah penularan Covid-19," imbau dia.
Wiku menerangkan, tren kenaikan kasus Covid-19 akibat banyak pemudik ngotot ke kampung halaman akan terlihat dalam 2-3 minggu pasca-Lebaran. Karenanya, pemerintah daerah (pemda) dan satgas setempat diminta menerapkan karantina 5 x 24 jam bagi pemudik.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat yang hendak mudik tetap bisa dikontrol pergerakannya sesuai kebijakan berlaku sekalipun ada yang lolos penyekatan.