sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Polemik puisi 'Ibu Indonesia' Sukmawati

Sukmawati Soekarno Putri bacakan puisi nyentrik, yang berujung pada pelaporan dirinya. Publik pun gaduh memberi komentar.

Ayu mumpuni
Ayu mumpuni Rabu, 04 Apr 2018 11:35 WIB
Polemik puisi 'Ibu Indonesia' Sukmawati

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur baru-baru ini memberikan pernyataan sikap mengenai puisi Sukmawati, yang dideklamasikan dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week. Menurut PWNU puisi tersebut berpotensi mengancam kebersamaan warga dan bangsa yang telah lama rukun, damai, dan tenang.

PWNU juga mendorong pihak berwenang untuk mengusut tuntas kasus ini. "Ini agar tidak menimbulkan keresahan berkepanjangan di tengah masyarakat sehingga semuanya cepat selesai," ucap pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo itu,” katanya seperti dilansir dari Antara.

Dalam surat pernyataan yang diberikan pada Selasa (3/4), PWNU meminta masyarakat untuk tetap menjaga ketertiban, ketenangan, dan keteduhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur pun kompak akan melaporkan Sukmawati ke Polda Jatim. "Puisi itu sangat bertentangan dengan sikap dan perilaku Bung Karno yang sangat menghormati agamanya," katanya.

Konten puisi yang mereka anggap melecehkan adalah bagian cadar, sari konde, dan kidung. Sukmawati mengawali puisi bertajuk 'Ibu Indonesia' itu dengan larik "Aku tak tahu syariat Islam." Lalu beruntun ia menyebut secara eksplisit soal bagaimana orang Indonesia berbusana, dengan sari konde maupun cadar.

Sumber: Pernyataan resmi PWNU

Sukmawati sendiri bukanlah sastrawan, sehingga puisinya banyak menuai kritik negatif. Direktur Remotivi Muhammad Heychael menilai puisi Sukmawati buruk secara estetik dan substantif. "Puisi itu mengingatkan saya pada ide ke-Indonesiaan yang diperkenalkan Muhamad Yamin. Arsitek nasionalisme Indonesia di era Soekarno dan kemudian Orba. Idenya, Indonesia adalah kelanjutan Majapahit dan Sriwijaya. Karena itu Islam dan Komunis adalah asing," urainya dalam laman Facebook.

Sponsored

Keaslian Indonesia, lanjutnya, didefinisikan lewat konde, Gajah Mada, kebaya, bahasa Sansekerta, dan banyak lainnya. Sementara jilbab, cadar, pohon cemara, dan pada akhirnya Islam juga Kristen adalah asing. "Puisi ini sama buruknya dengan cara pikir mengekslusi LGBT sebagian bukan bagian dari Indonesia," kritiknya.

Kritik senada disampaikan pengamat media Dandhy Dwi Laksono, "Dalam 'Aku tak tahu syariat', tapi lalu menyebut yang lain lebih baik. Ini salah satu blunder yang bikin puisi Sukmawati memancing kegaduhan. Tidak tahu isi A kok bilang B lebih baik," ujarnya.

Menurut Dandhy, puisi itu sama blunder-nya dengan orang yang mengaku agamanya paling benar, seolah sudah belajar perbandingan ratusan agama. "Seolah memeluk agama bukan karena terlanjur ikut orang tuanya. Tidak pernah belajar komunisme, lalu heboh 'awas kebangkitan komunis'. Sama," imbuhnya dilansir dari Facebook.

Oleh karena itu, mereka sepakat publik tak perlu berlebihan merespons ini.

"Bagaimana kita meresponnya? Ya gini aja. Bikin status. Obrolin. Tunjukkan di mana buruknya. Kritik. Enggak usah berlebihan. Biasa aja, Bro, jangan semua yang bikin sakit hati dilaporkan penodaan agama atau ujaran kebencian. Kalau begini caranya penjara akan penuh sama mantan," seloroh Heychael.

Berita Lainnya
×
tekid