alinea interactive report

Please Wait ...

Meningkatkan Penjualan Menahan Laju Pengangguran Jaga Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Kemiskinan Turun

HYPERLOCAL: BUKTI NYATA YANG MEMBANTU UMKM MELEWATI MASA TERSULIT

img
img

Kautsar bimbang selepas lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) beberapa tahun silam. Ia harus mencari cara untuk membantu perekonomian keluarga sekaligus membiayai kuliahnya sendiri.

“Akhirnya saya putuskan berjualan siomai keliling dari bazar ke bazar,” katanya, dikutip dalam tayangan YouTube INSPIRASIONAL! Cerita jatuh bangun berbisnis makanan dari 0, Jumat (13/1).

Berbekal resep siomai dari ibunda, anak bungsu ini rajin berjualan di berbagai event pada tahun 2015 silam. Namun setahun kemudian, Kautsar akhirnya banting setir dengan berjualan dimsum buatan pabrik lain.

Setelah menyadari respons pembeli cukup positif, ia memutuskan untuk memproduksi dimsum sendiri. Kali ini, ia bertekad menghasilkan produk dimsum dengan harga terjangkau namun dengan rasa yang enak.

“Kami buat yang benar-benar sesuai ekspektasi pelanggan,” tutur Kautsar.

Dengan nama Dimsum 49, Kautsar sukses menyasar pembeli partai besar, reseller dan restoran. Sayangnya, saat pandemi Covid-19 penjualan Dimsum 49 langsung anjlok. Kautsar segera mengalihkan penjualan dengan bergabung ke marketplace Tokopedia dan menyasar pembeli rumahan.

Keputusan itu tidak salah. Pada saat pandemi 2020, Dimsum 49 justru kebanjiran order. “Sales kami naik dua kali lipat dari total pendapatan harian,” ungkapnya.

Ia kerap memanfaatkan berbagai program untuk menarik lebih banyak pembeli misalnya flash sale maupun Waktu Indonesia Belanja (WIB) dari Tokopedia. Tak hanya itu, ia juga menerima banyak permintaan untuk menjadi reseller Dimsum 49, jumlahnya fantastis yakni mencapai 1.000 pemain.

img

Langkah promosi di marketplace Tokopedia juga berimbas positif bagi Imam Masyhuda yang memiliki bisnis sambal roa. Penjualan yang semula mulus juga terimbas pandemi dan berakibat omzet susut hingga 80%.

Padahal, sejak resign dari perusahaan pelat merah pada 2019 silam, Imam justru mengubah jalan hidup keluarga kecilnya dari bisnis Sambal Raja Roa buatan sang istri. Lulusan Sistem Informasi ini mengaku omzet per bulan sebelum pandemi bisa mencapai Rp50 juta.

“Setelah Mei 2020 atau setelah Lebaran, penjualan benar-benar turun,” kisahnya.

Jika sebelum pandemi penjualan terbesar berasal dari aplikasi chatting, setelah berjualan online Imam mengaku toko online-nya di Tokopedia telah berkontribusi 50% terhadap total penjualan. Menurutnya, hal ini tak lepas dari upaya Tokopedia yang selalu memfasilitasi seller-nya.

"Omzet saya melonjak hingga tiga kali lipat setelah mengikuti kampanye Kumpulan Toko Pilihan (KTP) di Tokopedia," cetusnya.

img

Ia mencontohkan, sejak memakai fitur TopAds di Tokopedia, ada satu order yang mencapai Rp2 juta sekali transaksi. Menurut Imam, fitur seperti Top Ads, inisiatif Hyperlocal, dan kampanye-kampanye lainnya sangat membantu terutama dalam mendongkrak penjualan.

Kisah serupa juga dibagikan Harris Hartanto Tan dan rekannya Norita Chai yang membuka kafe Coffeenatics di Medan. Kedai specialty coffee yang hadir pada tahun 2015 ini juga mengalami lonjakan penjualan sejak bergabung dengan Tokopedia pada Agustus 2017 silam.

Di awal 2020 seiring terjadinya pandemi, Coffeenatics makin fokus berjualan secara online di Tokopedia. Sederet program yang dihadirkan Tokopedia juga rutin diikuti, seperti Waktu Indonesia Belanja (WIB), Kumpulan Toko Pilihan (KTP), #SatuDalamKopi hingga kegiatan offline yang di-online-kan Tokopedia, seperti Jakarta Coffee Week 2020.

Menurutnya, sejak fokus berjualan secara online di Tokopedia, perlahan-lahan pendapatan Coffeenatics mulai meningkat. Salah satunya, naik hingga hampir tiga kali lipat setelah mengikuti Waktu Indonesia Belanja (WIB).

“Berbagai flash sale juga rajin kami ikuti, bahkan kami pernah sampai kehabisan stok barang,” cetusnya.

Tidak hanya mendorong peningkatan jumlah transaksi, lanjutnya, kampanye penjualan di Tokopedia  juga berdampak terhadap makin banyaknya masyarakat yang melihat produk Coffeenatics. Hal ini pada akhirnya membuat Coffeenatics dapat menjangkau konsumen baru.

Kisah ketiga pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ini menjadi bukti nyata bahwa digitalisasi UMKM telah menyelamatkan usaha kecil dari kebangkrutan akibat pandemi. Namun setelah berhasil melewati ‘badai’ pandemi, UMKM harus bersiap untuk menghadapi berbagai tantangan di era digital.