alinea interactive report

Please Wait ...

awan awan awan

Laju marketplace Topang Ekonomi Bangsa

Industri e-commerce atau marketplace mendorong perekonomian Indonesia

roket
top-img

Bisnis e-commerce di Indonesia berkembang pesat sejak 10 tahun terakhir.

Pertumbuhan itu terlihat dari catatan GlobalData pada 2019 lalu yang menunjukkan tingkat pendapatan e-commerce Indonesia mencapai Rp238,3 triliun atau tumbuh 16,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhannya diperkirakan akan meningkat signifikan pada 2023 hingga menyentuh angka Rp436,2 triliun.

Namun begitu, pertumbuhan nilai yang cukup tajam itu rupanya tidak dibarengi dengan margin profit yang didapatkan e-commerce. Sebagian besar perusahaan e-commerce belum bisa mendapatkan titik balik modal atau break even point (BEP) meski telah bertahun-tahun beroperasi.

Sejumlah e-commerce pun terpaksa tumbang. Situs iPrice mencatat, ada setidaknya 16 e-commerce yang tumbang sejak medio 2000-an hingga sekarang.

Lima e-commerce gugur, diakusisi pihak lain, dan berganti nama. Sementara 11 perusahaan lainnya tumbang karena sepenuhnya berhenti beroperasi.

Masih dari data yang sama, perusahaan e-commerce Indonesia yang telah tumbang ini punya rata-rata hidup selama empat tahun. Hanya ada beberapa saja yang mampu bertahan lebih dari itu.

Tercatat, ada lima e-commerce tumbang pada 2015. Gugurnya lima e-commerce ini ditengarai lantaran tipe produknya yang terlalu spesifik sehingga tidak mampu menemukan konsumen yang sesuai.

Jika merujuk pada periode finansial perusahaan, sebagian besar e-commerce harus runtuh pada kuartal pertama buku keuangan (Januari-Maret). Tujuh perusahaan berhenti beroperasi pada periode ini. Mereka menutup operasinya lantaran tidak melihat potensi cerah dari bisnis yang digeluti.

PENDAPATAN E-COMMERCE INDONESIA
7,26
koin
2017
12,02
koin
2018
18,76
koin
2019
26,92
koin
2020
35,16
koin
2021
42,07
koin
2022
47,06
koin
2023
50,36
koin
2024
img
*dalam US$ miliar

Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (iDEA) Ignatius Untung menyebut istilah tren tumbangnya e-commerce ini sebagai ajang ‘adu napas’. Mereka yang kuat dalam permodalan akan bertahan, sedangkan yang tidak kuat akan mati dengan sendirinya.

“Bisnis ini sebagian besar, hampir semua malah masih merah rapornya. Jadi, mau terus-terusan rapor merah, nombokin terus, atau sudah deh dilepas saja, atau ganti kategori apapun itu, akan masuk masanya itu,” ungkap dia.

Saat ini, sambung dia, persaingan e-commerce di tanah air mulai semakin mengerucut. Pemenangnya, sudah bisa ditebak. Mereka yang masuk tiga besar salah satunya adalah Tokopedia, akan menjadi e-commerce dengan daya tahan hidup paling panjang.

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan pandemi saat ini justru menjadi peluang bagi perusahaan. Pagebluk mempercepat transformasi gaya hidup seseorang dari cara konvensional menjadi ke arah digital. Menurutnya, kebutuhan pelaku usaha dan masyarakat untuk bergeser ke arah digital pun kian tak terhindarkan.

Dia menilai dengan semakin banyaknya orang yang bergantung pada digital ataupun perbelanjaan secara daring, nilai bisnis e-commerce diyakini akan tumbuh kian pesat dalam beberapa tahun mendatang.

“Jadi jangan dilihat dari keuntungannya ya, tapi masa depannya. Perkembangannya sekarang ini, apalagi dipicu oleh wabah ini, gaya hidup itu sudah mengarahnya ke online, dipercepat oleh Covid-19. Jadi artinya gaya hidup sudah mengarah ke sana. Masa depan kita akan berada di sana,” terangnya.

• • •

11 Tahun Menapak

Rome was not built in a day – John Heywood
img-centering imgfull

Tokopedia bukan Roma, tetapi proses membangun aplikasi marketplace ini tidak ubahnya dengan menciptakan suatu peradaban besar di sebuah kota. Perjalanan panjang telah ditempuh oleh kedua penggagasnya, William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison.

Dari sebuah kamar kos kecil di bilangan Jakarta, William memikirkan kemungkinan bisnis untuk dapat menempatkan etalase toko besar di awan digital. Ide itu muncul pada 2007, ketika William membaca sebuah artikel di majalah The Economist dengan judul ‘Bright Lights, Big Cities’.

Artikel ini mengupas persoalan klasik yang dihadapi hampir semua kota besar di Indonesia, yakni urbanisasi. The Economist meramal, pada 2030 nanti kota-kota besar termasuk Jakarta akan semakin gendut dan terseok-seok menggendong warganya.

Cerita soal ‘ibu kota lebih kejam dari ibu tiri’ seakan tak pernah membuat para perantau gentar untuk datang ke Jakarta atau kota-kota besar lainnya.

img“Urbanisasi ini adalah lingkaran setan yang perlu diselesaikan,” tulis William saat mengenang riuh-rendah perjalanannya membangun Tokopedia.

Dari cita-cita besar itu, muncullah ide untuk membangun suatu ‘peradaban baru’ dalam etalase digital yang memungkinkan setiap orang punya kesempatan yang sama untuk berusaha tanpa perlu datang ke Jakarta. Cita-cita itu kemudian semakin kuat ketika William mudik ke kampung halamannya di Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Di sana, ia melihat harga-harga barang di pasar tradisional jauh lebih mahal dibandingkan di Jakarta. Memang, masalah distribusi dan ketidaksetaraan harga bahan pokok kala itu menyebabkan harga-harga di sejumlah daerah jauh lebih mahal dibandingkan Ibu Kota.

Keberhasilan perusahaan digital besar seperti Google dan Facebook semakin meyakinkan William untuk membangun Tokopedia. Tetapi seperti halnya anak-anak muda lain yang selalu punya mimpi besar, tanpa kemampuan finansial, upaya William pun harus terbentur masalah permodalan.

Selama dua tahun pada 2007 sampai 2009, William berupaya meyakinkan investor untuk memberikan permodalan akan idenya, namun gagal. Mencoba lagi, gagal lagi, mencoba lagi dan lagi, tetapi gagal lagi dan lagi.

“Terbentur, terbentur, terbentuk,” seperti halnya pernah diungkapkan Tan Malaka. Begitulah yang terjadi pada akhirnya. Singkat cerita, pada 2009, William mendapatkan permodalan pertamanya dari PT Indonusa Dwitama senilai Rp2,5 miliar.

Tokopedia pun resmi diluncurkan di tahun yang sama. Hanya ada 70 pedagang yang bergabung dengan Tokopedia kala itu. Tetapi perjalanan belum selesai. Ini hanya titik awal bagi William dan kawan-kawan untuk membuktikan bahwa gagasannya merupakan sebuah ide brilian.

Seiring waktu berjalan, William berhasil membuktikan kata-katanya. Pada 2013, Tokopedia sukses membukukan setidaknya 2 juta penjualan melalui platformnya. Kepercayaan yang dibayar tuntas itu pun akhirnya membawa Tokopedia ke titik yang jauh lebih tinggi.

Hasilnya, pada 2014, Tokopedia kembali memperoleh pendanaan dari SoftBank Internet and Media Inc. (SIMI) dan Sequoia Capital dengan nilai mencapai Rp1,2 triliun.

“Pendanaan ini juga menjadikan Tokopedia perusahaan pertama di Asia Tenggara yang mendapat pendanaan US$100 juta dari SoftBank dan Sequoia,” ungkap William.

Tokopedia terus tumbuh dan berinovasi. Pada 2015 misalnya, Tokopedia menggagas ide baru sebagai pelopor pengiriman instan (instant delivery) bersama perusahaan transportasi online.

Selanjutnya, pada 2016, unicorn Asia Tenggara ini juga meluncurkan fitur baru pengajuan kartu kredit yang menjadikan Tokopedia tidak hanya sebagai marketplace tetapi juga platform teknologi finansial (tekfin) sekaligus pembayaran.

Hasilnya, mudah ditebak. Pada 2017, Tokopedia kembali mendapatkan pendanaan besar dari perusahaan sekelas Alibaba Group dengan total US$1,1 miliar. Di tahun yang sama pula, Tokopedia pindah ke Tokopedia Tower, gedung 52 lantai di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan.

Dengan inovasi dan sejumlah prestasi itu, akhirnya Tokopedia terpilih sebagai Best Indonesian App oleh Google Play User’s Choice 2018. Di saat yang sama, Tokopedia juga mendapat pendanaan tambahan dari SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group sebesar US$1,1 miliar.

Seakan tak ingin berhenti, Tokopedia terus melaju dalam inovasi demi kemaslahatan yang jauh lebih luas dari sebelumnya. Kemudian pada 2019, perusahaan bercorak hijau daun ini pun kembali meluncurkan fitur baru bernama TokoCabang.

Fitur ini merupakan layanan gudang pintar dengan dukungan Artificial Intelligence (AI) dan demand prediction. Mereka juga turut serta mengakuisisi perusahaan marketplace yang bergerak dalam bidang pernikahan dan anak, yaitu Bridestory dan Parentstory.

“Saat ini, Tokopedia memiliki empat lini bisnis, bukti transformasi yang telah kami lakukan dari platform marketplace menjadi perusahaan teknologi,” imbuh William.

img-centering imgfull

William memaparkan lini-lini tersebut, yakni Tokopedia sebagai Marketplace dan Produk Digital, Teknologi Finansial dan Pembayaran serta Logistik & Fulfillment. Terakhir, adalah lini New Retail yang dikenal sebagai Mitra Tokopedia yang memberdayakan warung dan toko-toko kelontong untuk memanfaatkan teknologi digital. Lini ini memungkinkan mereka untuk mengisi stok barang dengan efisien.

Sebagai perusahaan teknologi Indonesia, Tokopedia juga menjadi pelopor berbagai transformasi digital di Indonesia. Sejumlah inovasi yang dilakukan Tokopedia seperti menjadi perusahaan teknologi Indonesia pertama yang menerapkan sistem rekening bersama (rekber).

Tokopedia juga memperkenalkan instant delivery melalui kemitraan dengan perusahaan transportasi online. Tak hanya itu, platform ini juga memasukkan kategori produk digital dan memanfaatkan minimarket sebagai poin pembayaran. Tokopedia juga membuka Tokopedia-UI AI Center, pusat pengembangan AI berkolaborasi dengan Universitas Indonesia menggunakan teknologi deep-learning dari NVIDIA.

William mengatakan, segala upaya ini dilakukan guna membangun jembatan antar semua pelaku usaha di Indonesia. Misi tersebut diwujudkan Tokopedia lewat visi Super Ecosystem di mana kolaborasi dan sinergi dengan mitra-mitra strategis dilakukan beriringan dengan visi dan misi perusahaan.

“Di ulang tahun ke-11, kami mendorong lebih banyak orang untuk mengembangkan bisnis mereka secara online. Saat ini bersama banyak mitra, di antaranya 13 perusahaan logistik dan 50 lebih mitra pembayaran,” ungkapnya.

• • •

Hanya Untuk Indonesia

imgfull

Sekarang, setelah sebesar ini, Tokopedia tetap konsisten membangun inisiatif demi memberdayakan Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) di tanah air.

Bagi William, sejak awal dan akan selalu, siapa pun berhak menikmati kesempatan dan peluang yang sama. Mereka yang di desa tak perlu datang ke Jakarta. Dia menilai di kampung halaman pun, UMKM tetap bisa berdaya.

Karena itu, Tokopedia juga menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah untuk membangun sebuah inisiasi bersama yang disebut sebagai Tokopedia Center. Ini merupakan pusat literasi digital yang dapat membantu penduduk desa untuk memanfaatkan akses ke marketplace, mulai dari membuat email, hingga memulai berbisnis.

“Proses ini membantu mereka memahami infrastruktur yang mendasari marketplace dan memudahkan mereka untuk nyaman memulai dengan Tokopedia,” terang William.

Sekarang, Tokopedia Center sudah tersebar di 41 daerah di tanah air bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat. Di samping itu, Tokopedia juga telah membangun inisiasi lain bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya, dengan meluncurkan Pasar Cikurubuk Online.

Pasar daring ini mengakomodir kebutuhan warga setempat melalui aplikasi Tokopedia tanpa harus berdesak-desakan seperti halnya aktivitas jual-beli di pasar tradisional pada umumnya. Rencananya, model ini akan direplikasi di beberapa daerah lainnya di Jawa Barat.

Selain itu, Tokopedia juga mendukung pelaku usaha untuk meningkatkan pendapatan lewat ‘Mitra Tokopedia’. Fitur ini memfasilitasi warung dan toko-toko kelontong untuk menjual berbagai produk digital, seperti pulsa, paket data, voucher game, tagihan listrik, air dan BPJS.

Adapula fitur ‘Grosir’ yang semakin memudahkan mitra Tokopedia untuk melakukan inventaris dengan lebih cepat serta memberikan modal kerja. Hingga Juni 2020, aplikasi ini telah digunakan oleh jutaan pelaku usaha tradisional di lebih dari 500 kota/kabupaten.

“Fokus kami dalam mendukung pertumbuhan dan pemberdayaan UMKM ini memberikan multiplier effect bagi sektor lainnya,” ungkap William.

Terbukti, dalam penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) pada 2019, Tokopedia telah menciptakan 857.000 pekerjaan baru atau setara 10,3% total pekerjaan baru pada 2018.

img
11 Tahun Tokopedia, Semangat Lokal di Tengah Arus Globalisasi

Platform Tokopedia menjadi salah satu startup pertama yang bergelar unicorn. Predikat bagi startup yang meraih valuasi lebih dari US$1 miliar ini digenggam selepas enam tahun Tokopedia berdiri. Tokopedia merupakan situs web terpopuler kesembilan di Indonesia, tertinggi di antara situs web serupa seperti OLX maupun Lazada.

Alinea.id berkesempatan berbincang-bincang dengan CEO & Founder Tokopedia - William Tanuwijaya. Melalui pesan elektronik, lelaki berusia 38 tahun ini menceritakan perjalanan Tokopedia yang kini tak hanya dikenal sebagai salah satu marketplace besar di tanah air. Platform dengan nuansa hijau daun ini kini juga menjejakkan kontribusinya bagi Indonesia sebagai perusahaan teknologi.

William memastikan Tokopedia selalu mendukung perekonomian di tanah air, terutama bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan ciri kearifan lokalnya masing-masing. Berbeda dengan platform lain yang ramai-ramai membuka pintu lintas dunia, Tokopedia justru menekankan pada aksi Go local yang mendukung mitra-mitra asli Indonesia.

Berikut petikan wawancara Alinea.id dengan CEO & Founder Tokopedia - William Tanuwijaya:

Bisa diceritakan perkembangan Tokopedia dari semula marketplace menjadi perusahaan teknologi berskala besar?

Tokopedia berdiri di tahun 2009 sebagai marketplace C2C (Customer to Customer) dengan misi untuk mendorong pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia. Misi ini akan tercapai saat semua orang, di mana pun mereka berada, memiliki kesempatan yang sama untuk memulai dan menemukan apa pun. Bertransaksi tanpa terhalang jarak, menciptakan peluang baru, dan berkembang bersama.

Saat ini, Tokopedia memiliki empat lini bisnis, bukti transformasi yang telah kami lakukan dari platform marketplace menjadi perusahaan teknologi, pertama Tokopedia sebagai ‘Marketplace dan Produk Digital’, platform bisnis C2C gratis untuk penjual dan pembeli. Alat perdagangan yang memungkinkan penjual menawarkan lebih. Terdapat Official Store untuk beberapa merek terkemuka dan 39 produk digital yang memudahkan hidup.

Kedua, ‘Teknologi Finansial dan Pembayaran’ berupa dompet digital, investasi terjangkau, kredit modal bisnis, kartu kredit virtual, produk proteksi, serta beragam produk keuangan lainnya yang terjangkau dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ketiga, ‘Logistik dan Fulfillment’, pengiriman yang semakin mudah dengan sistem fulfillment dan logistik yang terintegrasi. Pengguna tinggal memilih waktu penerimaan barang yang diinginkan dan akan diakomodir oleh beragam penyedia logistik di Tokopedia. Penjual pun dapat memanfaatkan ‘TokoCabang’ gudang pintar berbasis Artificial Intelligence (AI) dan demand prediction.

Terakhir, Tokopedia memiliki lini bisnis ‘New Retail’ yang disebut Mitra Tokopedia. Aplikasi Mitra Tokopedia kami memberdayakan retailer tradisional dengan menyediakan sarana teknologi untuk berjualan produk digital dan memungkinkan mereka untuk mengisi stok barang dengan lebih efisien.

Sebagai perusahaan teknologi Indonesia, kami juga menjadi pelopor berbagai transformasi digital di Indonesia. Kami merupakan perusahaan teknologi yang menerapkan sistem rekening bersama (rekber) di Indonesia, memperkenalkan instant delivery melalui kemitraan dengan perusahaan transportasi online, dan memasuki kategori produk digital.

Kami juga memanfaatkan minimarket sebagai poin pembayaran offline, membuka pusat pengembangan AI (Artificial Intelligence) menggunakan teknologi deep-learning dari NVIDIA. Kami ingin membangun jembatan, bukan dinding penghalang. Misi tersebut kami wujudkan lewat visi Super Ecosystem di mana kolaborasi dan sinergi dengan mitra-mitra strategis dengan visi sejalan menjadi kunci. Di ulang tahun ke-11 ini, kami mendorong banyak orang untuk mengembangkan bisnis mereka secara online. Saat ini bersama banyak mitra, di antaranya 13 perusahaan logistik dan 50+ mitra pembayaran.

Apa yang melatarbelakangi Tokopedia menjunjung prinsip ‘Go Local’? Apa filosofi yang mendasarinya?

Buat kami ‘Go local’ itu lebih asyik. Kami ingin Tokopedia bisa membantu pengusaha desa menjadi pengusaha nasional, membangun brand-brand Indonesia selanjutnya. Hal ini akan menjadi ruang pertumbuhan berikutnya. Ada satu masalah sosial yang ingin kami selesaikan saat ingin membangun Tokopedia, urbanisasi.

Kami percaya Indonesia itu harus dibangun dari desa. Mimpi kami adalah siapa pun dan di mana pun mereka berada bisa menikmati kesempatan dan memulai peluang dari kampung halaman mereka sendiri, tanpa harus ke Jakarta.

Langkah ‘Go local’ ini sudah kami lakukan secara konsisten. Salah satu inisiatif kami adalah bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah di berbagai daerah untuk membangun desa digital lewat Tokopedia Center, sebuah pusat literasi digital untuk membantu penduduk setempat yang tidak memiliki akses ke marketplace.

Mulai dari membuat email sendiri, hingga ke level yang lebih tinggi seperti memulai bisnis. Proses ini membantu mereka memahami infrastruktur yang mendasari marketplace dan memudahkan mereka untuk nyaman memulai dengan Tokopedia. Saat ini Tokopedia Center sudah tersebar di 41 daerah di seluruh Indonesia bekerja sama dengan BUMDes setempat.

Kami memanfaatkan teknologi untuk memberikan layanan bernilai tambah bagi para pelaku usaha tradisional seperti kios dan toko-toko kelontong. Sebagai contoh, kami memfasilitasi para pelaku usaha untuk mengisi kembali inventaris mereka lebih cepat melalui fitur ‘Grosir’ serta menyediakan modal kerja untuk mereka dapat membeli lebih banyak (inventaris) dengan lebih cepat juga. Hingga Juni 2020, aplikasi ini telah digunakan oleh jutaan pelaku usaha tradisional untuk melayani puluhan juta masyarakat di lebih dari 500 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.

imgfull
img-centering imgfull

Banyak platform marketplace lainnya yang menawarkan cross-border, apakah dapat dijelaskan mengapa Tokopedia tidak masuk ke layanan tersebut?

Sejalan dengan misi kami untuk mendukung pemerataan ekonomi secara digital, Tokopedia hanya menerima penjual yang berdomisili di Indonesia dan minimal memiliki akun bank dalam negeri. Tokopedia tidak mengakomodasi cross-border dan tidak menerima penjual dari luar negeri menjual barang ke pasar Indonesia.

Marketplace ada beberapa model bisnis, ada cross-border dan domestic only. Marketplace cross-border beroperasi di beberapa pasar, penjual dan pembeli dari beberapa negara dapat bertransaksi secara langsung. Di model ini, produk bisa dikirim dari luar negeri secara langsung dan dapat terjadi transaksi impor di dalam platform. Ini memungkinkan semakin banyaknya brand-brand global yang menyesaki pasar Indonesia.

Sementara marketplace domestik adalah marketplace yang hanya beroperasi di satu negara, dan tidak memfasilitasi transaksi antar negara. Tokopedia contohnya, hanya menerima penjual asal Indonesia, dan hanya memfasilitasi transaksi dari Indonesia dan untuk Indonesia.

Apakah seluruh produk yang dijual di Tokopedia tidak ada yang merupakan produk impor?

100% produk yang dijual di Tokopedia barangnya sudah berada di Indonesia. Artinya jika diperdagangkan seperti HP (ponsel) dan sebagainya, produk tersebut sudah melalui proses bea cukai dari distributor dan dijual kembali oleh pedagang eceran.

Tokopedia memiliki lebih dari 8,9 juta pedagang (data Juli 2020). Mereka yang dulunya terkonsentrasi di Mangga Dua, Roxy, dan sekitarnya kini juga berjualan online di Tokopedia untuk menjangkau pasar yang lebih besar. Mereka adalah sesama WNI yang melakukan perdagangan secara jujur dan sesuai dengan hukum Indonesia.

Saya selalu bilang Indonesia dengan 17.000 pulau bukan saja dikelilingi oleh samudra yang berisi hiu-hiu global, tapi sungai-sungai kita pun isinya buaya-buaya global.

Harapan kita cuma ada di darat. Kita harus jadi komodo yang bakal memenangkan pertarungan di darat. Jika buaya melawan hiu di samudra, buaya jelas kalah. Namun jika buaya melawan hiu di sungai, buaya yang menang. Analogi ini mencerminkan kekuatan kearifan lokal mengalahkan globalisasi. Lewat analogi tersebut, suka tidak suka kita telah dikelilingi oleh lautan yang diisi oleh hiu-hiu globalisasi, demikian juga sungai yang mengalir sudah penuh dengan buaya-buaya globalisasi.

Namun Tokopedia harusnya bisa menjadi komodo di hutan dan kepulauan Indonesia, yang bisa tetap menang melawan buaya dan hiu global jika arena tandingnya adalah di daratan. Komitmen inilah yang kemudian menjadi dasar inovasi Tokopedia.

Lewat strategi fokus hanya kepada pasar Indonesia, namun benar-benar menjadi solusi terbaik untuk nusa dan bangsa, Tokopedia hingga hari ini bertransformasi menjadi perusahaan teknologi dengan marketplace terdepan di tanah air yang terus membantu brand-brand lokal menjadi brand-brand masa depan Indonesia yang menang di negeri sendiri.

img

Program-program apa saja yang diluncurkan Tokopedia untuk mendorong kemajuan pelaku usaha dalam negeri?

Selain inisiatif Tokopedia Center dan Mitra Tokopedia yang sudah saya sampaikan, kami juga membangun infrastruktur yang lebih baik dengan dukungan teknologi, terutama seputar logistik dan pemenuhan lewat ‘TokoCabang’ sebagai gudang pintar berbasis Artificial Intelligence (AI) dan demand prediction.

Penjual bisa menitipkan stok produknya di gudang-gudang pintar yang tersedia di daerah-daerah dengan basis pelanggan yang besar dan stabil. Kami akan membantu menangani pesanan yang masuk, mengemas pesanan, hingga menyerahkannya ke kurir pengiriman.

Hal ini akan membantu UMKM untuk menjangkau pembeli di wilayah lainnya, meningkatkan pendapatan UMKM dengan peningkatan penjualan dan pengurangan biaya operasional, juga membantu pembeli mendapatkan akses ke berbagai produk dengan lebih cepat dan lebih murah. Saat ini TokoCabang tersedia di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan segera hadir di Medan dan Palembang.

Kami secara regular juga bekerja sama dengan pemerintah dan berbagai kementerian untuk menggelar kampanye-kampanye nasional untuk mendukung pemberdayaan UMKM di Indonesia. Pertama Kominfo, kami mendukung Kominfo dalam program UMKM Go Online “Grebeg Pasar” untuk  mendukung pemerataan akses pasar melalui platform digital. Acara ini diselenggarakan di pasar tradisional yang terletak di 50 kota/kabupaten di seluruh Indonesia di mana di tiap kota/kabupaten diambil enam titik pasar tradisional.

Kedua, bekerja sama dengan Kemenperin. Pada 2019, program E-smart IKM berhasil menjaring 848 IKM sektor F&B (makanan dan minuman), fesyen, kriya dan peserta mengikuti kelas digital marketing online oleh Tokopedia. Rangkaian acara berlangsung di delapan kota di Indonesia: Bali, Banjarmasin, Bogor, Jakarta, Makassar, Medan, Semarang, Surabaya.

Ketiga, bersama Kemenparekraf kami melakukan kampanye pemasaran produk UMKM terdampak situasi pandemi Covid-19  melalui publikasi online dan penyediaan diskon/cashback.

Terakhir, bersama Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi kami menggelar Kampanye gerakan nasional #BanggaBuatanIndonesia, pelatihan digital onboarding UMKM, pemberian modal melalui penyaluran KUR.

Lalu, bagaimana dengan saat pandemi? Apakah Covid-19 menjadi tantangan atau justru peluang bagi UMKM di Tokopedia?

Pandemi ini merupakan tantangan sekaligus peluang terutama bagi mereka yang bisa berinovasi dan jeli melihat kebutuhan masyarakat saat ini. Selama pandemi ini, kami melihat banyak sekali pengusaha yang melakukan inovasi/pivot bisnis dan bahkan pendapatannya lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi.

Misalnya, LittleThoughts Planner, sebuah bisnis party planner ternama yang sejak pandemi mulai berjualan face shield di Tokopedia. Lebih dari belasan ribu produk terjual sejak membuka toko online di Tokopedia Maret lalu, omzetnya hingga ratusan juta per bulan. Ada pula Klinik Kopi, usaha kopi di Yogyakarta, namun jangkauan pasarnya lintas pulau hingga Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Sekarang, 90% penjualannya datang dari Tokopedia.

Kemudian, Rumah Bumbu Ratna, bisnis bumbu makanan di Makassar yang selama pandemi ini penjualannya justru meningkat 300% lewat toko onlinenya di Tokopedia. Contoh inovasi produk lainnya kopi kemasan 1 liter, ready-to-cook steak, dan lain-lain.

img

Langkah apa yang diambil Tokopedia untuk membantu UMKM yang terpukul akibat pandemi Covid-19?

Kami berkomitmen memastikan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan tanpa harus ke luar rumah, menjaga kelangsungan bisnis para penjual, sekaligus turut mendorong pemulihan ekonomi Indonesia, lewat kampanye #JagaEkonomiIndonesia.

Terdapat tiga prioritas dari kampanye terbaru dari Tokopedia. Pertama, memastikan masyarakat dapat memenuhi berbagai kebutuhan, terutama selama Ramadan, dari rumah. Kepastian yang dimaksud meliputi ketersediaan produk, harga terjaga dan kemudahan pengiriman lewat peningkatan layanan bersama para mitra logistik dan fitur Bebas Ongkir.

Prioritas kedua adalah menjaga perputaran roda ekonomi Indonesia dengan memastikan para penjual dapat terus berbisnis melalui Tokopedia, juga memastikan mereka yang baru memulai mendapatkan kemudahan berbisnis daring. Di kampanye kali ini, Tokopedia akan menggulirkan berbagai inisiatif bernilai tambah lebih demi mempermudah para penjual membantu masyarakat memenuhi kebutuhan.

Sebagai upaya membantu pemerintah, prioritas ketiga dari kampanye #JagaEkonomiIndonesia adalah ikut mendorong pemulihan ekonomi yang tengah melambat karena pandemi. Sebagai Super Ecosystem yang mencakup transaksi dari berbagai industri lewat kemitraan luas, Tokopedia berharap kampanye ini dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi negeri.

Kami juga memberikan diskon 100% biaya layanan di sejumlah kategori esensial di awal pandemi. Selain itu, kami berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menggelar acara yang biasa dilakukan secara offline menjadi online. Misalnya, Big Bad Wolf, puluhan ribu buku terjual habis pada hari ketiga bahkan sebelum kampanye selesai. Ada juga Market Museum, Jakcloth, Festival Santapan Lezat, dan acara-acara kolaborasi lainnya.

Kami juga menggelar berbagai inisiatif yang bertujuan untuk mendukung keberlangsungan UMKM di Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, seperti #SatuDalamKopi, #BanggaBuatanIndonesia, #BanggaKreasiLokal, dan lain-lain.

Acquisition webinar dan beragam kelas-kelas interaktif pun rutin digelar dengan para penjual kami agar mereka tetap dapat beroperasi dan berjuang di tengah masa sulit ini. Kami juga rutin mengangkat kisah-kisah sukses penjual yang sudah berhasil untuk menjadi inspirasi lebih banyak lahirnya kisah sukses.

img

Apakah dapat dijelaskan, bagaimana transaksi di Tokopedia selama masa pandemi? Produk apa saja yang paling diminati?

Hand sanitizer, vitamin, dan masker adalah produk yang banyak dicari masyarakat di kategori Kesehatan. Nilai penjualan masker tercatat meningkat 197 kali dibanding bulan-bulan sebelumnya selama Maret. Di sisi lain, ada satu waktu di mana dalam 42 menit, 72.000 hand sanitizer terjual habis. Pembeli hand sanitizer paling jauh berasal dari Merauke.

Dalam kategori Keperluan Rumah Tangga, produk paling diburu mencakup disinfektan, tisu dan air purifier, sedangkan dari kategori Makanan dan Minuman, daging sapi, jahe dan kurma mengalami peningkatan signifikan.

Lebih dari 100 ton daging sapi terjual di Tokopedia selama bulan Maret 2020. Jumlah jahe yang terjual pun mencapai 60 ton, setara dengan jumlah jahe yang dibutuhkan untuk membuat jamu empon-empon bagi seluruh masyarakat Kota Sukabumi.

Kemudian, selama Ramadan di tengah PSBB (pembatasan sosial berskala besar), pola masyarakat dalam bekerja hingga mencari hiburan pun cenderung bergeser. Data internal Tokopedia memperlihatkan bahwa pada kategori Elektronik, earphone, lampu bohlam, dan speaker adalah produk yang paling diburu.

Selain itu, kategori Kesehatan masih menjadi salah satu kategori yang meningkat signifikan. Produk paling diminati mencakup vitamin, peralatan P3K, dan masker mulut. Tokopedia sebelumnya juga menjalin kerja sama dengan para desainer lokal untuk mengampanyekan penggunaan masker kain untuk menekan laju penyebaran pandemi Covid-19.

Imbauan PSBB di sisi lain mendorong masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah, termasuk dalam membayar tagihan listrik. Jumlah tagihan listrik yang tercatat dibayarkan melalui Tokopedia bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik lebih dari 3,5 juta rumah selama satu bulan.

img
img

Toko Kopi Tuku menjadi salah satu kedai kopi yang ngetren setelah dikunjungi Presiden Joko Widodo dan keluarga pada awal 2018 lalu. Kopi kekinian yang didirikan Andanu Prasetyo itu viral di media sosial dan selalu diserbu pembeli.

Namun, pagebluk mengubah segalanya. Pandemi Covid-19 mengimpit bisnis Toko Kopi Tuku. Sesaat setelah pemerintah mengonfirmasi kasus pertama Covid-19 di tanah air dan memberlakukan PSBB, kedai Toko Kopi Tuku sepi. Andanu mengaku, penjualan kedai yang populer dengan menu kopi susu gula aren itu turun drastis.

“Setelah terjadi penurunan sales yang cukup signifikan, bisnis sendiri kemungkinan terancam. Ujung-ujungnya bisa berdampak ke pegawai dan pembelian biji kopi dari petani,” pria yang akrab disapa Tyo ini menuturkan kekhawatirannya kepada Alinea.id, Jumat (17/4).

• • •

Bertahan Berkat Marketplace

Tak patah arang, Tyo lalu mengubah strategi bisnis demi bertahan di tengah badai pandemi. Selama Covid-19, kedainya hanya menerima pesanan jemput-antar (delivery) dan bawa pulang.

Tyo juga lebih fokus melakukan penjualan kopi secara daring, salah satunya melalui marketplace Tokopedia. Beberapa produk dijualnya secara daring, seperti kopi siap minum, baik dalam kemasan gelas maupun kemasan literan, kopi bubuk, biji kopi, kudapan, serta berbagai aksesoris khas Toko Kopi Tuku.

Pemanfaatan platform daring membuahkan hasil yang sangat baik bagi Toko Kopi Tuku. Tak hanya penjualan yang laris manis, Toko Kopi Tuku bahkan mengalami perluasan jangkauan pelanggan yang kini mencakup seluruh Indonesia.

Produknya konsisten habis dalam hitungan menit. Puluhan ribu botol kopi literan terjual per minggunya. Tercatat, proporsi penjualan daring Toko Kopi Tuku meningkat dari 30% menjadi 70%. Pria berusia 31 tahun itu yakin siasat tersebut dapat menutup penurunan penjualan secara langsung di kedai.

Tyo juga memastikan ketersediaan produknya agar sanggup memenuhi permintaan pembeli yang masuk melalui marketplace.

img

“Kami tahu efek dari digital adalah pesanan bisa masuk sangat cepat, kami tak bisa memperhitungkan jumlah permintaan konsumen. Namun yang terpenting adalah kecepatan kami merespons permintaan dengan stok yang ada. Alhamdulillah responsnya tetap positif,”

ANDANU PRASETYO Pendiri Toko Kopi Tuku

Tidak hanya Toko Kopi Tuku, pandemi juga mendorong Ola Harika Rachman, pengusaha penyelenggara pesta untuk melakukan inovasi. Sepinya permintaan jasa party planner mendorong Ola melebarkan sayap bisnisnya. Ibu dua anak ini mulai membangun produksi face shield (pelindung wajah) sejak akhir Maret silam.

Tokopedia juga menjadi etalase dagangan Ola. Hingga awal Juni, dia telah menjual lebih dari 14.000 face shield melalui platform tersebut dengan harga Rp50.000 - Rp60.000 per buahnya.

Bila ditotal, omzet yang didapatkannya kurang lebih Rp300 juta. Jumlah itu dikantongi sejak awal merintis bisnis face shield atau bertepatan dengan masuknya pandemi ke Indonesia. Ola juga menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu para kru yang terlibat dalam bisnis party planner.

img

Tyo dan Ola hanya sedikit cerita dari jutaan pelaku usaha yang meraih manfaat dari penjualan melalui marketplace saat pandemi. CEO & Founder Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan sederet pengusaha di Tokopedia yang melakukan pivot bisnis bisa mengantongi pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Seperti, Klinik Kopi, usaha kopi di Yogyakarta yang memiliki jangkauan pasar lintas pulau hingga Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Sekitar 90% penjualan Klinik Kopi datang dari Tokopedia.

Demikian juga dengan Rumah Bumbu Ratna, usaha bisnis bumbu makanan di Makassar yang selama pandemi justru mengalami peningkatan penjualan hingga 300% lewat toko onlinenya di Tokopedia. Contoh inovasi produk lainnya adalah kopi kemasan 1 liter dan ready-to-cook steak, dan lain-lain.

Data internal Tokopedia, produk kesehatan, peralatan rumah tangga, serta makanan dan minuman menjadi favorit pengguna selama bulan Maret 2020.

“Kami berkomitmen memastikan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan tanpa harus keluar rumah, menjaga kelangsungan bisnis para penjual, sekaligus turut mendorong pemulihan ekonomi Indonesia, lewat kampanye #JagaEkonomiIndonesia,” jelas William kepada Alinea.id.

Jauh sebelum pandemi, Tokopedia telah mendukung pertumbuhan dan pemberdayaan UMKM sekaligus memberikan multiplier effect bagi sektor lainnya. Menurut penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) tahun 2019 lalu, Tokopedia berkontribusi lebih dari 1% terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2018.

Perusahaan telah menciptakan 857.000 pekerjaan baru, dari penjual aktif yang tinggal dari Aceh ke Papua atau setara dengan 10,3% dari total pekerjaan baru untuk Indonesia pada tahun 2018. Sebanyak 309.000 di antaranya bahkan menjadikan Tokopedia sebagai sumber penghasilan utama.

img
img
img

Selain dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia, hasil riset dari LPEM FEB UI juga menemukan bahwa Tokopedia turut menambah total pendapatan rumah tangga sebesar Rp19,02 triliun, yang setara dengan peningkatan pendapatan sebesar Rp441.000 untuk setiap angkatan kerja Indonesia.

img
img
MARKETPLACE & PRODUK DIGITAL
Platform bisnis customer-to-customer (C2C) gratis untuk penjual dan pembeli. Terdapat Official Stores untuk beberapa brand terkemuka dan 36 produk digital.
Tekfin & Pembayaran
Dompet digital, investasi terjangkau, kredit modal bisnis, kartu kredit virtual, produk proteksi, serta beragam produk keuangan lainnya mudah diakses.
Logistik & Fulfillment
Pengiriman yang semakin mudah dengan sistem fulfillment dan logistik terintegrasi. Pengguna tinggal memilih waktu penerimaan barang yang diinginkan dan akan langsung diakomodir oleh beragam penyedia logistik di Tokopedia.
New Retail
Aplikasi Mitra Tokopedia memberdayakan retailer tradisional untuk mendapatkan lebih dengan menyediakan sarana teknologi untuk berjualan produk digital dan memungkinkan mereka untuk mengisi stok barang dengan lebih efisien.
img
img
4.500+

Nakama

img
500.000+

Titik Pembayaran yang tersebar di seluruh Indonesia

img
350+ Juta

Produk dengan harga transparan

img
90+ juta

Pengguna aktif per bulan

img
40

Produk digital

img
98%

Persentase jangkauan kecamatan di Indonesia

img
8,9+ juta

Penjual di platform; 86,5% adalah pedagang baru

*data per Juli 2020

img
• • •

Naik Kelas

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan peran perusahaan-perusahaan digital, termasuk marketplace dalam sebuah negara sangat besar. Melalui marketplace, pelaku UMKM dapat memperluas akses pasar hingga ke seluruh penjuru negeri bahkan ke tingkat internasional. Keberadaan platform digital disebut membuka peluang bagi banyak orang untuk lebih terlibat dalam sistem perdagangan elektronik, baik sebagai penjual maupun pembeli.

“Saya bilang marketplace sangat potensial banget dalam mengembangkan UMKM. Saya rasa marketplace jadi jalan utama bagi UMKM untuk naik kelas,” tuturnya.

img

Bisnis berbasis digital diyakini memiliki keuntungan lebih dibandingkan cara konvensional. Antara lain, jangkauan pasar yang lebih luas, biaya promosi lebih murah, dan tingkat penjualan yang lebih tinggi.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mendorong UMKM untuk berjualan secara daring agar sanggup berkompetisi di tengah persaingan usaha yang kian ketat. Dia menyebut baru ada sekitar 8 juta pelaku UMKM yang memiliki akses terhadap ekosistem digital. Jumlah ini hanya 13% dari total keseluruhan pelaku UMKM di Indonesia.

“Kami ingin jumlah UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital meningkat dari 8 juta menjadi 10 juta pada tahun ini. Jumlah ini akan kami lampaui,” kata Teten, dalam diskusi virtual pada Kamis (16/7).

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan salah satu cara penyelamatan ekonomi nasional di masa pandemi ini adalah dengan mendorong UMKM untuk go digital. Dengan demikian, sebagian besar tenaga kerja yang bertaruh hidup dari UMKM pun bisa terselamatkan sumber nafkahnya.

UMKM harus bisa survive jika ingin ekonomi kita bangkit. Solusi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan cara UMKM go online

img
ISKANDAR SIMORANGKIR
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian

Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan total keseluruhan UMKM di tanah air mencapai 64,19 juta. Jumlah ini didominasi pelaku usaha mikro sebanyak 63,35 juta. UMKM juga mampu menyerap setidaknya 97% tenaga kerja di dalam negeri. Di samping itu, sektor ini berkontribusi besar pada produk domestik bruto (PDB) negara hingga 61,07%.

up