Alasan Blibli lakukan IPO di tengah ancaman resesi global

Blibli melakukan penawaran perdana saham umum (IPO) pada 18-24 Oktober 2022 dan akan melantai di BEI per 7 November.

Ilustrasi Blibli. Medium.com/Resly Suniar

Perusahaan teknologi PT Global Digital Niaga atau Blibli melakukan penawaran perdana saham umum (initial public offering/IPO) pada Selasa (18/10) dan akan berakhir 24 Oktober 2022. Penyedia layanan niaga elektronik (e-commerce) ini pun berecana melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 November mendatang. 

Melalui IPO tersebut, Blibli mengincar dana segar sebanyak Rp8,17 triliun. Anak usaha grup Djarum ini optimistis melakukan aksi korporasi di tengah isu risiko ancaman resesi global 2023 lantaran perekonomian Indonesia dinilai masih kuat, yang merujuk pertumbuhan ekonomi 5,4% pada triwulan II-2022 dan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur per September meningkat menjadi di level 53,7.

"Kita beruntung ada di Indonesia yang perekonomiannya masih kuat. Ini bisa dilihat dari data. Kalau dibandingkan dengan seluruh dunia, Indonesia masih menjadi negara yang paling baik dari sisi pertumbuhan ekonomi," kata CEO sekaligus co-founder Blibli, Kusumo Martanto, dalam paparan publik penawaran umum saham perdana Blibli, Selasa (18/10).

Keputusan perusahaan melakukan IPO juga sebagai upaya korporasi meningkatkan pelayanan terbaik bagi pengguna. Kusumo menjelaskan, Blibli memiliki strategi bisnis menjadi pelopor ekosistem omnichannel belanja dan gaya hidup di Indonesia.

Strategi tersebut dilakukan Blibli dengan mengakuisisi PT Global Tiket Network atau tiket.com dan PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), pengelola Ranch Market. Blibli berhasil memenuhi jumlah potensi konsumsi masyarakat Indonesia atas produk dan jasa, baik secara online maupun offline, sebesar 88% melalui akuisisi tersebut.