Menyimpan produk hortikultura agar lebih tahan lama

Mengembangkan teknologi penyimpanan yang efisien dibutuhkan para petani, agar dapat mengatur penjualan.

Buruh tani membersihkan bawang merah di Kampung Pondok Buahbatu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/1). Kementerian Pertanian menganggarkan sebesar Rp1,35 triliun untuk program peningkatan produksi dan nilai tambah sub sektor hortikultura seperti cabai, bawang merah, jeruk serta bawang putih dan anggaran ini meningkat Rp 421,59 miliar dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar Rp928,41 miliar. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/ama/18

Komoditas hortikultura seperti sayuran dan buah merupakan komoditas pertanian yang mudah rusak. Penyebabnya, komoditas hortikultura mengandung kadar air yang tinggi ketimbang komoditas pertanian lain, sehingga harus segera ditangani dengan baik.

Komoditas hortikultura ini memang tak tahan lama. Dengan demikian, harus dikonsumsi dengan segera. Sebenarnya, penundaan waktu kerusakan ini dapat dilakukan. Litbang Kementerian Pertanian memperkenalkan teknologi penyimpanan produk segar yang disebut In Store Controlled Room (ISCR).

Salah satu produk hortikultura di Indonesia yang saat panen mengalami kendala penyimpanan adalah bawang merah. Penyimpanan bawang merah di Indonesia sebagian besar masih menggunakan cara tradisional. Caranya, dengan dikeringkan secara tradisional, sehingga membutuhkan waktu lama.

Mengembangkan teknologi penyimpanan yang efisien memang dibutuhkan para petani agar dapat mengatur penjualannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan harga yang lebih menguntungkan. Sehingga mampu meningkatkan posisi tawar petani. 

Sementara cara pengeringan memiliki kelemahan karena mampu mengurangi bobot dari komoditas tersebut. Walhasil, keuntungan petani juga akan berkurang. Seperti diketahui, harga jual petani diukur berdasarkan berat komoditas.