BI: Pelemahan rupiah tahun 2020 tidak seperti krisis 1998

Bank Indonesia menyatakan pelemahan rupiah saat ini bukan disebabkan krisis ekonomi.

Ilustrasi. Pixabay.

Bank Indonesia menyatakan pelemahan rupiah yang terjadi saat ini berbeda dengan saat krisis moneter Asia pada 1998 dan krisis global tahun 2008.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, saat krisis 1998, pelemahan rupiah dipicu oleh penarikan investasi yang dilakukan investor yang mengakibatkan kebangkrutan bank-bank nasional. Krisisi ini juga turut meruntuhkan nilai tukar rupiah hingga delapan kali lipat, dari Rp2.500 per dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp16.000 per dolar AS.

"Mohon maaf, dibandingkan Rp16.000 sekarang, ingat Rp16.000 itu dari Rp2.500 ke Rp16.000 berarti berapa kali lipat? Hampir delapan kali lipat," katanya dalam video conference, di Jakarta, Kamis (25/3).

Perry menuturkan depresiasi rupiah hingga Rp16.900 per dolar AS beberapa hari lalu dipicu oleh kepanikan pasar global akibat pandemi coronavirus yang cepat menyebar. 

"Yang terjadi sekarang sangat berbeda dengan krisis 1998 dan 2008, sekarang yang terjadi adalah pandemi yang eskalasinya sangat cepat yang menyebabkan panik, dan mereka lepas asetnya," ujarnya.