Biaya logistik mahal jadi masalah UMKM bersaing di pasar domestik

Sebanyak 20,01% UMKM mengakui mengalami persoalan distribusi logistik dan ketersediaan bahan baku.

Ilustrasi logistik. Foto Pixabay.

Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) nasional menjadi salah satu sektor usaha yang paling terdampak dari Pandemi Covid-19. Dari 64 juta pelaku UMKM, menurut Asian Development Bank (ADB) sebanyak 50% terancam gulung tikar. Selain itu, sebanyak 88% sudah tidak memiliki tabungan. 

Asisten Deputi Pengembangan Kawasan dan Rantai Pasok Kementerian Koperasi dan UKM Ari Anindya Hartika menjelaskan, persoalan yang dihadapi UMKM di masa pandemi  tidak hanya mengenai permodalan. Melainkan juga seperti pemasaran atau penjualan, ketersediaan bahan baku, hingga persoalan logistik yang mahal ketika mendapatkan pesanan.

Dari catatannya, sebanyak 22,90% UMKM mengalami masalah penurunan penjualan. Kemudian sebanyak 20,01% mengalami persoalan distribusi logistik dan ketersediaan bahan baku. Isu permodalan dialami oleh sekitar 19,39% UMKM. 

Sementara, sektor yang paling terdampak yaitu pedagang besar dan eceran 40,92%, penyedia akomodasi dan makanan dan minuman 26,86%. Adapun sektor pengolahan yang terdampak sebanyak 14,25%.

"Jadi persoalan lain yang utama itu, masih ada beberapa pelaku UMKM yang bergantung bahan baku impor. Sementara, ongkos logistiknya mahal di saat yang sama terjadi penurunan daya beli masyarakat," kata Ari dalam siaran pers Supply Chain Indonesia (SCI), Rabu (24/2).