Harga beras mahal, cadangan pangan dikuasai pedagang

Cadangan pangan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan juga pedagang dan rumah tangga.

Stok beras memang tengah jadi debat kusir antar pemerintah. Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengklaim bahwa stok beras cukup sampai panen raya tiba Februari mendatang dengan menyebut Badan Urusan Logistik atau Bulog memiliki cadangan beras 1 juta ton. Belum lagi stok di Pasar Cipinang dan seluruh toko di Indonesia. 

Sayang, apa yang dikatakan Amran berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan. Menteri Perindustrian Enggartiasto Lukita mengaku tidak ingin mengambil risiko terkait stok beras. Dia memilih mengimpor 500.00 ton beras dari Thailand dan Vietnam. 

Soal impor atau tidak, beras memang telah menjadi masalah klasik negara ini. Seakan tidak pernah belajar dari masalah sebelumnya. Saat stok beras minim, solusi paling praktis adalah mengimpor beras dari negara tetangga. 

Persoalannya yang belum berhasil dibenahi adalah bagaimana negara ini mengelola cadangan pangannya. Pengelolaan cadangan pangan oleh Pemerintah telah ada sejak tahun 1939 sewaktu pemerintah kolonial Belanda yang bernama lembaga logistik bahan pangan (beras) yang bernama Voedings Middelen Fonds (VFM). 

VFM inilah yang kemudian menjadi cikal bakal kehadiran Bulog. VFM kemudian berganti baju menjadi Sangyobu-Nanyo Kohatsu Kaisha (SNKK). Usai Indonesia merdeka, nama lembaga logistik berganti nama mulai dari Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat hingga akhirnya menjadi Bulog pada tahun 1967.