Ekonom: Rupiah menguat karena pemerintah terus berutang

Utang pemerintah terus meningkat melalui aliran modal asing atau Foreign Direct Investmen (FDI) lewat surat berharga negara.

Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dollar Amerika Serikat (AS) di Valuta Inti Prima, Jakarta, Selasa (27/11/2018). Antara Foto

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami penguatan dalam beberapa waktu terakhir. Pada Rabu sore, (28/11) nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp14.524 per Dollar Amerika Serikat. 

Ekonom Indef, Faisal Basri, menilai penguatan rupiah yang terjadi pada beberapa minggu belakangan murni bukan karena usaha pemerintah dalam memperbaiki fundamental ekonomi nasional. Melainkan semata karena utang yang terus dibuat pemerintah. 

Buktinya, kata Faisal, utang pemerintah terus meningkat melalui derasnya aliran modal asing atau Foreign Direct Investmen (FDI) lewat surat berharga negara. Aliran modal asing tersebut kemudian digunakan salah satunya untuk rekonstruksi fisik di beberapa kota terdampak bencana alam seperti di Palu, Sulawesi Tengah.

“Tahun ini pemerintah antisipasi, utang lebih banyak. Palu itu rekonstruksinya pakai utang karena uangnya habis untuk infrastruktur. Jadi, fisik lebih berharga dari manusia. Rupiah membaik bukan karena darah keringat kita, tapi utang,” kata Faisal di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (28/11). 

Menurut Faisal, aliran modal asing yang masuk tersebut memang bias menguatkan Rupiah, namun hanya dalam jangka pendek. Selama defisit transakai berjalan tidak dibenahi secara struktural, maka potensi pelemahan rupiah masih terus terbuka.