Eropa pangkas suku bunga, begini dampaknya ke Indonesia

Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga sebesar 10 basis poin pada pekan lalu.

Ilustrasi / Pixabay

Pekan lalu, Bank Sentral Eropa (ECB) melakukan aksi pelonggaran likuiditas (quantitative easing/QE) dengan memangkas suku bunga sebesar 10 basis poin menjadi negatif 0,5%.

Suku bunga rendah ini dipertahankan untuk mencegah perlambatan ekonomi yang terpukul akibat perang dagang, ketidakpastian politik Brexit, dan kegiatan ekonomi manufaktur Jerman yang mengalami penurunan.

Kepala Makro ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan kebijakan moneter ECB ini akan membuat negara-negara berkembang, termasuk Indonesia menjadi sasaran likuiditas dana asing (capital inflow).

“Arus dana asing berpotensi masuk ke Indonesia sehingga memperpanjang kenaikan harga (rally) surat berharga negara (SBN) yang cenderung memperkuat rupiah," kata Budi dalam keterangan tertulisnya yang diterima Alinea.id, Senin (16/9).

Namun demikian, Budi menjelaskan, Indonesia sedang menghadapi dilema yakni defisit neraca berjalan yang menandakan dukungan sektor riil untuk menopang penguatan rupiah relatif terbatas. Sehingga, lanjut Budi, penguatan rupiah akibat arus masuk modal asing harus diantisipasi dengan mempercepat reformasi struktural, memperkuat produktivitas, dan daya saing sektor manufaktur dan pariwisata.