Harga minyak anjlok, ekonomi global dan pasar modal terancam

Harga minyak dunia turun hingga 30% pada perdagangan Senin (9/3) dipicu perang harga antara Arab Saudi dan Rusia.

Sebuah kapal kargo berbendera asing memuat bungkil inti sawit (palm kernel meal) di terminal curah cair Dermaga C Pelabuhan PT. Pelindo I Dumai di Dumai, Riau, Kamis (27/2/2020). Foto Antara/Aswaddy Hamid.

Belum mampu bangkit dari keterpurukan usai dihajar wabah coronavirus, kini ekonomi global dihantam harga minyak yang terus anjlok.

Pada Minggu malam (8/3), perang harga minyak terjadi Arab Saudi dan Rusia. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan hal ini membuat harga minyak mentah dunia anjlok dari US$60 per barel menjadi US$30 per barel. Perry menyatakan anjloknya harga minyak ini juga menyebabkan ketidakpastian global semakin meningkat.

"Saat ini dunia masih menghadapi situasi corona, pagi ini kita dientakkan kembali dengan perang minyak. Hal ini membuat harga minyak turun dari US$60 menjadi sekitar US$30 per barel. Ini menunjukkan kondisi global dapat berubah sangat cepat" kata Perry Warjiyo di Jakarta, Senin (9/3).

Perry mengatakan optimisme sempat meningkat saat perjanjian damai fase pertama perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China diteken. Namun, penyebaran wabah corona dilanjut dengan penurunan harga minyak kembali memukul ekonomi global.

Sebelumnya, harga minyak mentah dunia terjun bebas ke level terendah setelah Arab Saudi bersikeras akan menggenjot produksi dan memangkas harga di tengah penurunan permintaan global.