Indonesia butuh 2.000 insinyur kembangkan industri dirgantara

ITB hanya mampu mencetak 100-125 insinyur dirgantara setiap tahunnya.

Pesawat N-219, salah satu produk unggulan industri dirgantara Tanah Air, PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI. Dokumentasi PTDI

Industri dirgantara diklaim mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional guna mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI berupaya mengambil peran dengan menawarkan jasa perawatan (maintenance) dan menyemarakkan ekosistem komponen pesawat agar industri dirgantara dapat bersaing di kancah global.

"Sejauh ini, kita sudah memiliki produk nyata, yaitu pesawat N-219. Hal ini menjadi langkah bagaimana kita bisa menjadi produsen pesawat penumpang yang memiliki kapasitas di bawah 100 orang," kata Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan, dalam "Indonesia Development Forum 2022" yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) di Bali, Selasa (22/11).

Dalam kegiatan tersebut, Bappenas meluncurkan peta jalan pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan. Selain itu, PTDI melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang pusat rancang dan bangun pesawat.

"Kita sangat berterima kasih dan mengapresiasi peta jalan pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan yang disusun oleh Kementerian PPN untuk perkembangan industri dirgantara 2045," ucap Gita.

Dalam kesempatan sama, Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Tatacipta Dirgantara, mengungkapkan, sebanyak 80% sumber daya manusia (SDM) di industri dirgantara diisi berbagai bidang keilmuan dan 20% membutuhkan insinyur dirgantara.