Industri pertahanan Indonesia belum masuk 100 besar global

Sepuluh BUMN industri pertahanan masih didominasi perusahaan China.

Prajurit TNI AD dengan alutsista kendaraan lapis baja mengikuti defile saat Upacara Perayaan HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Sabtu (5/10/2019). Foto Antara/M. Risyal Hidayat

Direktur Utama PT Pindad (Persero), Abraham Mose, menyatakan, belum ada industri pertahanan Indonesia yang masuk 100 besar global. Padahal, industri pertahanan nasional bercita-cita dapat mandiri hingga masuk 100 besar pada 2024.

"Ini yang menjadi PR kita bersama untuk visi kita membawa industri pertahanan kita paling tidak masuk ke dalam 100 industri pertahanan global. Sepuluh BUMN industri pertahanan juga didominasi oleh BUMN China. Revenue paling kecil adalah US$8 miliar," ucapnya dalam webinar "Optimalisasi Industri Pertahanan dalam Konteks Kepentingan Nasional RI di Abad 21", Jumat (9/7).

Untuk mewujudkannya, menurut dia, Indonesia mesti bisa mengukur kemampuannya terlebih dahulu. “Juga harus memahami bagaimana posisi kita, kita harus mengenali lingkungan kita, harus mengenali ancaman dari luar, harus mengenali musuh kita sehingga kita dapat mengukur kemampuan kita."

"Begitu juga dengan arahan menteri pertahanan, bahwa wawasan kita adalah defensif dengan wujud defensif aktif. Hal ini tentunya berbicara tentang kesiapan kita semua, termasuk industri pertahanan," jelasnya.

Mose menambahkan, pemerintah memberikan dukungan penuh kepada BUMN industri pertahanan sehingga mampu menjadi kekuatan regional yang disegani, setidaknya di Asia Timur. Ini salah satunya tecermin dalam RPJMN 2020-2024, di mana terdapat 8 pasal yang relevan untuk membangun industri pertahanan dalam negeri.