Ketimbang The Fed, suku bunga acuan BI lebih direspon positif

Dipertahankannya suku bunga acuan tersebut direspon positif oleh para pelaku pasar. Sementara The Fed tidak direspon positif

Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dollar Amerika Serikat (AS) di Valuta Inti Prima, Jakarta, Selasa (27/11/2018). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih melemah 0,14 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya di perdagangan pasar spot hari ini. Namun dolar AS masih mampu ditahan di bawah Rp 14.500. ANTARA FOTO

Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak menguat 22 poin ke posisi Rp14.475, dibandingkan sebelumnya Rp14.497 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan terkait penguatan Rupiah tersebut dipicu oleh keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 6%. Dipertahankannya suku bunga acuan tersebut direspon positif oleh para pelaku pasar.

“Kebijakan ini sebagai instrumen stabilisasi rupiah sekaligus sebagai upaya menarik investasi terutama portofolio untuk kembali ke pasar modal Indonesia,” kata Lana di Jakarta pada Jumat (21/12).

Selain itu, kata Lana, keyakinan Bank Indonesia bahwa tingkat suku bunga saat ini masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestic, nyatanya turut diapresiasi pelaku pasar.

Selain Rupiah, Lana menambahkan pada Jumat pagi ini mata uang Asia yang juga menguat antara lain yen Jepang, dolar Hong Kong, dan dolar Singapura. Menguatnya keempat mata uang ini terhadap dollar AS dinilai Lana bisa menjadi sentimen penguatan rupiah.