Meramal nasib saham unikorn Bukalapak

Harga saham Bukalapak jatuh di bawah harga saat IPO yang sebesar Rp850 per lembar saham.

Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.

Bak roller coaster, saham BUKA yang sempat melejit hingga mengalami auto rejection atas (ARA) kemudian berbalik jatuh. Saham PT. Bukalapak.com yang baru saja melantai di bursa pada Jumat, 6 Agustus lalu itu kini jatuh di bawah harga ketika Initial Public Offering (IPO/penawaran perdana saham). 

Memang, sebagai e-commerce pertama yang melantai di bursa, saham Bukalapak jelas menjadi buruan para investor, baik lokal maupun asing. Tak lama setelah dibuka dengan harga penawaran perdana sebesar Rp850 per lembar saham, harga saham Bukalapak langsung melejit 24,71% menjadi Rp1.060 per lembar saham dan sempat mencapai ARA dalam beberapa menit.

Selanjutnya, pada Senin (9/8) atau hari kedua perdagangan di Bursa, saham Bukalapak sempat kembali meroket hingga 25% menjadi Rp1.325 per lembar saham. Sayangnya, pada sesi kedua perdagangan hari tersebut, harga saham BUKA anjlok karena adanya aksi jual dari investor asing yang cukup besar nilainya, yakni mencapai Rp685,02 miliar. 

Dengan kondisi itu, e-commerce yang telah mendapat label unikorn ini harus berpuas dengan harga Rp1.110 saat penutupan perdagangan, atau ditutup menguat 4,72% dari hari sebelumnya. Penurunan di hari kedua itu nampaknya menjadi sinyal penurunan harga saham Bukalapak di hari-hari berikutnya. 

Benar saja, pada perdagangan hari ketiga, yaitu Selasa (10/8), meski dibuka di harga Rp1.130 per lembar saham namun saham Bukalapak ditutup turun 6,76% menjadi Rp1.035. Hari itu, BUKA sempat berada di level tertingginya di harga Rp1.160. Penurunan itu lagi-lagi terjadi lantaran investor asing menjual saham BUKA dengan nilai bersih mencapai Rp166,8 miliar.