Pelaku usaha ungkap penyebab harga kendaraan listrik masih mahal

Untuk mempercepat tumbuhnya industri ini memang diperlukan serangkaian ketentuan yang jelas.

Ilustrasi Pixabay

Direktur Utama PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR) Gilarsi W. Setijono meyakini, pilihan me-retrofit sepeda motor konvensional menjadi sepeda motor listrik, dapat menjadi solusi tambahan bagi pemerintah dan masyarakat luas dalam upaya mengurangi polusi di perkotaan di Indonesia. Sekaligus memanfaatkan teknologi yang tepat guna dengan ongkos yang relatif terjangkau.

“Yang pasti, teknologi retrofit ini bukan sebuah rocket science dan relatif mudah diaplikasikan. Karenanya kami optimis bahwa metode yang kami tawarkan ini dapat cepat diterima oleh masyarakat secara luas dan tentunya mendapat dukungan penuh dari pihak pemerintah dan dunia usaha khususnya,” tandas Gilarsi dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/11).

Gilarsi menjelaskan fakta bahwa Indonesia saat ini merupakan negara ketiga dengan pengguna sepeda motor terbanyak di dunia. Di mana sekitar 85% rumah tangga di Indonesia setidaknya memiliki satu unit sepeda motor dan menjadikannya sebagai alat transportasi utama.

Menurut survei yang pernah dilakukan oleh Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), kata Gilarsi, jumlah sepeda motor di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 80 juta, dengan 15 juta di antaranya digunakan untuk melewati kota Jakarta setiap harinya.

Gilarsi juga memaparkan sejumlah tantangan yang saat ini dihadapi pelaku industri elektrifikasi transportasi di tanah air. Beberapa di antaranya saling terkait, seperti teknologi yang masih dini dan minimnya pilihan kendaraan listrik di pasaran. Disamping itu, infrastruktur pendukung seperti SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) juga belum disiapkan. Ketiga faktor tersebut turut memengaruhi harga akhir yang masih relatif tinggi.