Pemerintah diminta mewaspadai kenaikan harga minyak dunia

Karena pada asumsi makro APBN harga minyak hanya tercatat US$63 per barel.

Ilustrasi. iStock

Melambungnya harga minyak dunia dan disusul dengan langkanya minyak goreng dan hilangnya tempe dan tahu di pasaran, berpotensi membuat rakyat tertekan secara ekonomi. 

"Ditambah lagi, krisis Ukraina yang berpotensi menganggu rantai pasok global. Invasi Ukraina oleh Rusia akan berdampak ke sejumlah pasar. Baik komoditas, obligasi, safe haven, hingga pasar saham juga kan terdampak," kata ekonom senior Faisal Basri dalam diskusi online, Jumat (25/2).

Hampir senada, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira mengatakan, pecahnya konflik antara Ukraina dan Rusia, dampaknya bakal terasa pada sektor keuangan dalam negeri.

"Jadi rupiah itu sudah bergerak melemah di angka Rp14.500, dan ini akan terus bergerak mendekati level Rp15.000, jika kondisi konflik ini semakin meluas," kata Bhima.

Efek lainnya yang juga berpotensi dirasakan yaitu, harga komoditas seperti minyak mentah akan melonjak tajam. Seperti diketahui, saat ini harga CPO sudah tembus di angka US$100 per barel. Hal ini akan meningkatkan inflasi dan membuat biaya pengiriman barang dan biaya logistik menjadi lebih mahal.