Pengamat: Pembangunan PLTN bisa lebih cepat untuk gantikan PLTU

Mamit menjelaskan harga listrik yang diproduksi dari PLTN bisa lebih murah karena teknologi yang terus berkembang.

Ilustrasi PLTN. Foto istimewa

Pemerintah menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) akan masuk di 2049 dan di 2060 akan mencapai 35 giga watt (GW). Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan jika pembangunan dilakukan dengan lebih cepat akan lebih baik.

Menurutnya hal ini didasari bahwa PLTN merupakan pembangkit yang bisa menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dengan kapasitas besar dan  nett zero emission.

"Terkait perihal pembangunan PLTN di Indonesia saya kira jika memang memungkinkan untuk di bangun dan commercial operation date (COD) lebih cepat adalah hal yang bagus sekali," papar Mamit Setiawan kepada Alinea.id, Senin (21/2).

Mamit menjelaskan harga listrik yang diproduksi dari PLTN bisa lebih murah karena teknologi yang terus berkembang. Selain itu, Indonesia juga memiliki cadangan uranium dan thorium sebagai material untuk pembangkit nuklir cukup besar.

"Seiring semakin majunya teknologi maka tingkat keamanan dari nuklir saat ini sudah sangat bagus. Kekhawatiran akan terjadinya kebocoran sudah bisa dihilangkan. Investor juga sudah ada yang masuk ke Indonesia untuk membangun pembangkit nuklir," jelasnya.