Gap kenaikan upah dan harga properti lebar, milenial sulit beli rumah

Kenaikan upah rata-rata 8% per tahun tidak sebanding dengan kenaikan harga properti.

Ilustrasi. Foto Pixabay.

Memiliki rumah menjadi salah satu tujuan bagi setiap orang. Namun, banyak generasi milenial yang merasa tidak mampu untuk memiliki rumah lantaran harga properti yang kian mencekik. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan akar permasalahan sulitnya generasi milenial membeli rumah saat ini adalah karena besarnya ketimpangan antara kenaikan upah dengan kenaikan harga properti. 

"Kenapa milenial susah punya rumah? Karena kenaikan upah rata-rata 8% per tahun tidak sebanding dengan Pkenaikan harga properti 20% per tahun," katanya dalam video conference, Sabtu (20/6). 

Bahkan, di daerah-daerah strategis seperti di DKI Jakarta, Bali, Bekasi, dan Karawang lonjakan kenaikan harga properti per tahunnya mencapai 30% hingga 40%. 

Kenaikan ini, lanjutnya, seiring dengan ketimpangan penguasaan lahan atau tanah yang menjadi problem dasar dan belum terselesaikan dari dulu hingga sekarang. Dia mencontohkan, lonjakan kenaikan harga tanah di Yogyakarta setelah dibangunnya bandara New Yogyakarta International Airport di Kulonprogo, dari semula Rp200.000 per meter menjadi sebesar Rp1,5 juta per meter.