Perhutani akan suplai biomassa dalam bentuk serbuk ke PLTU

Perhutani tengah membangun hutan tanaman energi dari 2,4 juta hektare (ha) lahan.

Ilustrasi Perhutani. Foto tangkapan layar Youtube Perum Perhutani.

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement di 2016 yang di dalamnya terdapat komitmen Nationally Determined Contribution (NDC). Bersamaan dengan hal tersebut, Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26% di 2030 dan menjadikan sektor kehutanan sebagai salah satu sektor strategis untuk target penurunan emisi NDC Indonesia.

Ini membuat Perusahaan Umum Kehutanan Negara atau Perum Perhutani terus berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan mempercepat penerapan ekonomi hijau, salah satunya proyek produksi biomassa. Perhutani bersama PLN telah menandatangani kerja sama kontrak terkait jual beli biomassa yang dilakukan pada Maret lalu. Pada perjanjian tersebut, PLN membutuhkan co-firing atau penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU sebanyak 3 juta ton per tahun.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan Perum Perhutani Endung Trihartaka menyampaikan, tahun ini Perhutani baru memproduksi biomassa sebanyak 26.000 ton dan peta jalan hingga 2024 mencapai 400.000 ton per tahun.

“Perhutani akan suplai biomassa dalam bentuk serbuk yang dikirim ke PLTU di Pelabuhan Ratu dan di Rembang sebagai ganti batu bara yang mulai dijalankan Desember,” tutur Endung dalam pemaparannya yang dipantau secara daring, Rabu (29/6).

Untuk menyuplai biomassa tersebut, Perhutani tengah membangun hutan tanaman energi dari 2,4 juta hektare (ha) lahan di Pulau Jawa yang dikelola Perhutani. Pembangunan hutan ini sudah berlangsung sejak 2013 bekerja sama dengan Korea Forestry Promotion Institute.