Pertamina ungkap tantangan mengelola blok migas tua

Butuh teknologi tinggi dan biaya yang tak sedikit untuk mengelola blok migas berumur tua.

Sebelum ditemukannya cadangan dari lapangan minyak dan gas (migas) yang baru, operasi produksi minyak dan gas bumi masih mengandalkan blok migas yang sudah berumur tua. / Antara Foto

Sebelum ditemukannya cadangan dari lapangan minyak dan gas (migas) yang baru, operasi produksi minyak dan gas bumi masih mengandalkan blok migas yang sudah berumur tua.

Blok migas tua tentu saja memiliki kandungan migas yang semakin menurun. Guna mendongkrak produktivitas di ladang-ladang yang sudah tua, butuh teknologi yang terbaru agar hasil yang didapat bisa maksimal ke depannya.

Data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat ada sebanyak 89 wilayah kerja (WK) eksploitasi per 2018. Sebanyak 40 WK di antaranya sudah beroperasi lebih dari 25 tahun. Angka ini mengindikasikan blok-blok migas di Indonesia sebagian besar berusia tua.

General Manager Pertamina Hulu Mahakam, John Anis, mengutarakan kegiatan operasi di lapangan migas yang berusia tua memiliki tantangan khusus. Hal ini terkait bagaimana mempertahankan volume produksi berbekal inovasi dan teknologi.

Sebagai contoh, pengembangan shallow gas yang berbekal data seismik. Basis data seperti ini belum solid karena hanya menghasilkan interpretasi berdasarkan gambar. Di sinilah inovasi teknologi dibutuhkan sehingga bisa mengolah berbagai atribut seismik menjadi data yang lebih komprehensif.