Rupiah loyo, Menkeu: Bukan Indonesia saja

Aliran dana asing ke AS membuat mata uang negara-negara di dunia melemah.

Ilustrasi Freepik.

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat nyaris mendekati level 16.000 per dolar AS beberapa waktu terakhir. Namun, pada perdagangan Kamis (2/11), Rupiah ditutup menguat 80,50 poin atau 0,51% menuju level Rp15.855 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengungkapkan penyebab nilai tukar Rupiah terus melemah yaitu saat ini kondisi di global tengah terjadi kenaikan suku bunga. Hal ini diperkirakan akan diikuti dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi negara tenor panjang di negara-negara maju.

“Terutama yield obligasi AS, akibat peningkatan kebutuhan pembiayaan pemerintah AS, dan adanya premi risiko jangka panjang,” ungkapnya saat konferensi pers Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) IV Tahun 2023, Jumat (3/11).

Dia menambahkan perkembangan kenaikan imbal hasil obligasi AS ini telah memicu aliran modal asing keluar dari emerging market ke negara-negara maju. “Dan ini mendorong penguatan signifikan mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia,” tambahnya.

Menurutnya, pelemahan Rupiah tidak terlalu besar hanya 2,34%. Sementara Yen (Jepang) alami pelemahan 12,61% dan dolar Australia melemah 6,72%. Mata uang Malaysia (Ringgit) dan Thailand (Bath) juga melemah, masing-masing 7,82% dan 4,39%.