Saatnya tinggalkan bahan bakar fosil

Ada tekanan internasional yang semakin kuat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, khususnya dari sektor energi

Siswa SMA Negeri Sumatra Selatan menunjukkan inovasi bahan bakar briket karya mereka di SMA Negeri Sumsel Palembang, Jumat (9/11)./AntaraFoto

Institute for Essential Services Reform (IESR) meluncurkan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF). Peluncuran ICEF ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk bertukar gagasan dan pemikiran inovatif yang mampu mendorong transformasi menuju sistem energi yang rendah karbon.

"Diharapkan dapat menghasilkan analisis yang tajam serta mampu menjadi rekomendasi bagi pemerintah untuk mendorong pengembangan energi terbarukan, dalam rangka mencapai target Kebijakan Energi Nasional (KEN/Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebesar 23% pada 2025 dan 25% pada 2030," papar Ketua Dewan Penasihat ICEF Kuntoro Mangkusubroto dalam acara Grand Launching of Indonesia Clean Energy Forum di Pullman Hotel, Jakarta Pusat, Kamis (15/11).

Transformasi energi dibutuhkan mengingat penyediaan listrik saat ini masih bertumpu pada bahan bakar fosil (batubara, minyak dan gas alam). Hal itu cenderung dapat memperbesar porsi pembangkit batubara sekaligus meningkatkan risiko finansial dari 'stranded asset' atau dari aset-aset pembangkit dan tambang di masa mendatang.

Risiko tersebut diperkuat dengan adanya sejumlah kecenderungan seperti harga teknologi energi terbarukan semakin murah dan kompetitif, tingkat efisiensi perangkat listrik yang semakin tinggi. Disisi lain, ada tekanan internasional yang semakin kuat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, khususnya dari sektor energi, untuk mencapai target 'Paris Agreement'.

Kendati begitu, Kuntoro optimis transformasi energi di Indonesia dapat dilakukan secara baik terutama menuju energi bersih secara berkeadilan. Meskipun membutuhkan kajian dan persiapan yang serius serta komitmen politik dari berbagai pemangku kepentingan.