Setelah GoTo, akankah perkawinan Grab-Shopee terwujud?

Merger Gojek dan Tokopedia membuat persaingan dalam bisnis digital semakin mengerucut dan menyisakan pemain besar saja.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Senin (17/5) kemarin, dua platform raksasa Gojek dan Tokopedia mengumumkan aksi merger keduanya. Setelah perundingan sekitar empat bulan, kedua aplikasi bercorak hijau ini akhirnya sepakat bergabung dan membentuk entitas bersama bernama GoTo.

Hasil merger ini membuat nilai valuasi GoTo group menjadi US$18 miliar atau sekitar Rp257 triliun (kurs Rp14.285 per dolar AS). Dengan valuasi tersebut, berdasar data CBInsight, GoTo berada di urutan ke-11 perusahaan teknologi dunia. 

Selain itu, merger juga menggabungkan transaksi menjadi sebesar 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020, dan ditargetkan berkontribusi lebih dari 2% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia, yang sebesar Rp14.434 triliun. Grup GoTo saat ini juga memiliki total Gross Transaction Value (GTV) gabungan lebih dari 22 miliar dollar AS atau Rp314 triliun.

Sebelum akhirnya berjodoh dengan Tokopedia, PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) santer dikabarkan akan merger dengan perusahaan transportasi berbasis digital (ride hailing) lainnya, Grab. Namun, rencana penggabungan yang mendapat dorongan dari CEO Soft Bank Mayoshi Son itu harus pupus karena berbagai alasan.