Target nol karbon tersandera pembangkit batu bara

Pembangunan pembangkit listrik batu bara bertentangan dengan target penurunan emisi.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Februari lalu, Edi Suriana mengeluhkan debu sisa pembakaran (fly ash) yang mengotori rumahnya. Tidak hanya menyelimuti genting dan teras rumahnya saja, debu berwarna hitam itu juga mengotori pakaian yang dijemur di halaman rumah. 

Warga Kelurahan Suralaya, Cilegon, Banten ini menyebut debu yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya itu telah mengganggu aktivitas warga sekitar. Dia dan warga lain juga khawatir, fly ash akan mempengaruhi kesehatan mereka. 

“Enggak cuma saya saja (yang mengeluhkan-red). Tapi warga lain juga merasa terganggu,” katanya kepada Alinea.id, beberapa waktu lalu.

Kejadian seperti itu tak hanya terjadi sekali atau dua kali. Sebelumnya, yakni pada September 2020 lalu, ribuan warga di Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara juga mengeluhkan polusi udara karena batu bara. Kepala Desa Motui Baharudin bercerita, fly ash mulai beterbangan sejak awal Agustus. 

“Sangat meresahkan warga,” katanya belum lama ini.