Horor di Ritz-Carlton: Bagaimana Pangeran Salman "membantai" oposisi di Arab Saudi 

Pangeran Salman kini tak punya rival yang bisa mengganjal langkahnya naik takhta.

Ilustrasi Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman. Alinea.id/MT Fadillah

Tepat pukul 03.00 dini hari, Pangeran Alwaleed bin Talal terbangun karena suara telepon. Dari seberang sambungan telepon, pegawai kerajaan Arab Saudi menuntut kerabat dekat putra mahkota Kerajaan Arab Saudi itu segera meluncur ke Istana. Sang pegawai mengklaim Raja Salman telah menantinya.

Undangan serupa juga dikirimkan kepada Pangeran Miteb bin Abdullah. Via telepon, putra mendiang Raja Abdullah bin Abdulaziz itu diminta bergegas mempersiapkan diri. Sang raja disebut ingin bertemu dengan Komandan Garda Nasional itu. 

Namun, undangan-undangan itu palsu. Alwaleed dan Miteb tak bertemu Raja Salman hari itu. Keduanya berakhir di kamar Ritz-Carlton, Riyadh. Di hotel mewah itu, petugas keamanan dan pejabat tinggi kerajaan Arab Saudi menanti kedua pangeran. Tudingan terlibat kasus korupsi dilayangkan kepada mereka.  

Itu 4 November 2017. Selain Alwaleed dan Miteb, ada lebih dari 200 orang bernasib serupa. Tak hanya keluarga raja, sejumlah pejabat negara dan ratusan pengusaha juga diculik dan dibui di hotel itu. 

"Pada malam pertama, semua orang ditutup matanya dan hampir semuanya jadi target apa yang disebut intelijen Mesir sebagai malam penyiksaan. Ada orang-orang yang diikat di dinding dalam posisi yang tak nyaman. Itu berlangsung hingga berjam-jam," kata seorang sumber kepada Guardian dalam "Night of the Beating': Details Emerge of Riyadh Ritz-Carlton Purge".