Jadi target pembunuhan, PM Libanon pilih mundur

Keberadaan PM Libanon hingga kini masih belum diketahui. Hizbullah menuding, keputusan itu dipengaruhi Arab Saudi.

PM Lebanon saat bertemu Raja Salman. (foto: Al Jazeera)

Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Kuwait meminta warganya untuk meninggalkan Libanon secepatnya. Ketiga negara itu juga melarang warganya untuk bepergian ke Beirut.

Mengutip sumber kementerian luar negeri (kemlu), Kantor berita Saudi, SPA menyebut kebijakan itu diambil menyusul situasi di Republik Lebanon. Bahkan, Kemlu meminta warga Saudi untuk meninggalkan Libanon secepatnya.

“Kerajaan Saudi menyarankan seluruh warganya untuk bepergian ke Lebanon dari destinasi internasional manapun,” ucap sumber Kemlu Saudi.

Selang beberapa jam kemudian, Kuwait dan UEA juga menyarankan warganya untuk meninggalkan Libanon sebelumnya. Sebelumnya pada Minggu (5/11), Bahrain – aliansi Saudi – sudah meminta warganya untuk meninggalkan Lebanon. Kemlu Bahrain mengeluarkan peringatan perjalanan ke Libanon dengan pertimbangan keamanan.

Libanon mengalami ketegangan setelah pengunduran tiba-tiba Perdana Menteri Saad al-Hariri saat berkunjung ke Arab Saudi pada Sabtu (4/11) lalu. Kini keberadaan Hariri belum diketahui. Para pejabat menyatakan kepada Al Jazeera kalau Hariri mungkin menjalani tahanan rumah di Riyadh.