Setelah erupsi dan tsunami, warga Tonga berjuang dengan trauma psikologis

Dampak psikologis mempengaruhi kehidupan warga Tonga usai bencana tersebut.

ilustrasi. foto Pixabay

Keluarga di Tonga kini berjuang menghadapi trauma psikologis setelah erupsi dan tsunami menghantam negara itu pada dua pekan lalu. Para penyintas bahkan melarang anak-anak bermain di luar kompleks tenda darurat.

Mengutip Reuters, Senin (24/1), meski saluran komunikasi diperbaiki secara perlahan, terhubung dengan dunia luar tetap sulit bagi Tonga. Pulau-pulau terpencil juga terputus dari sambungan telepon. Selain menyediakan bantuan makanan, air, dan toilet untuk ratusan rumah tangga di pulau utama, Palang Merah juga memberi bantuan psikologis.

“Semua orang masih berjuang sekarang,” ujar Wakil Presiden Palang Merah Tonga, Drew Havea. 

Dia mengatakan, sebagian penduduk pulau terpencil telah dievakuasi ke pulau utama Tongatapu, namun sebagian lainnya menolak untuk pergi. Dampak psikologis, terutama kekhawatiran akan bencana alam juga akan berpengaruh pada kehidupan mereka untuk sementara waktu.

Letusan gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai, yang terletak di Cincin Api Pasifik aktif secara seismik menyebabkan gelombang tsunami di Samudra Pasifik dan terdengar 2.300 km hingga ke Selandia Baru. Letusan itu begitu kuat, sehingga satelit ruang angkasa menangkap tidak hanya awan abu besar, tetapi juga gelombang kejut atmosfer yang memancar keluar dari gunung berapi.