Di sisi lain, makanan gurih — meski terdengar lebih berat — justru seringkali menjadi pilihan yang lebih bersahabat bagi tubuh.
Pagi hari adalah momen yang menentukan. Mata masih berat, otak belum sepenuhnya “online”, tapi tubuh sudah menuntut perhatian: “Sarapannya mana!”
Lalu muncul dilema klasik di meja makan atau di depan gerobak langganan: pilih yang manis atau gurih? Roti tawar dengan selai stroberi yang manis dan cepat disantap, atau sepiring nasi uduk dengan telur dadar yang hangat dan menggoda?
Pertanyaan ini tidak hanya soal selera, tapi juga kesehatan. Apa sebenarnya dampak pilihan sarapan kita terhadap tubuh dan hari yang akan kita jalani?
Makanan manis di pagi hari memang terasa seperti hadiah kecil yang menyenangkan. Gula memberikan dorongan energi cepat, dan tak jarang membuat kita merasa lebih segar — setidaknya untuk sementara. Banyak orang memilih sereal, roti selai, atau bahkan kue dan donat sebagai teman kopi pagi. Rasanya enak, praktis, dan bisa disantap sambil jalan ke kantor atau kampus.
Namun, tubuh ternyata punya cara sendiri untuk memproses semua itu. Dikutip dari Colourmypalate, gula yang masuk dengan cepat akan memicu lonjakan glukosa darah — dan seperti hukum fisika sederhana, apa yang naik cepat biasanya turun dengan cepat pula. Setelah euforia awal, sering kali datang rasa lemas, ngantuk, dan lapar kembali sebelum jam makan siang tiba. Ini disebut “sugar crash,” dan bisa merusak konsentrasi serta suasana hati. Belum lagi jika kebiasaan sarapan manis ini terus dilakukan dalam jangka panjang, risiko seperti kenaikan berat badan, resistensi insulin, hingga diabetes bisa mengintai.