Mengembalikan peran ayah di rumah

Indonesia menyandang predikat sebagai fatherless country ketiga di dunia atau menjadi negara dengan peran ayah yang sangat minim.

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

“Aku adalah satu dari ribuan anak di Indonesia yang tumbuh tanpa sosok ayah. Ayahku pergi meninggalkan ibuku, kakakku, dan aku yang waktu itu masih bayi merah demi perempuan lain. Setelah ibuku meninggal, dan bapakku sakit-sakitan, bangkrut dan ditinggal keluarganya, sekarang bapakku tinggal di rumah ibuku. Kami masih belajar berdamai dengan beliau, bagaimanapun juga beliau bapak kami tapi aku masih beranggapan, kami menerima beliau kembali karena tanggung jawab moral,” curhat seorang wanita dalam komentar unggahan Instagram @vjdaniel beberapa waktu lalu. 

Postingan mantan host Indonesian Idol ini mengulas fakta bahwa Indonesia menjadi negara di peringkat ketiga sebagai fatherless country atau negeri tanpa ayah. Kondisi ini diungkapkan Khofifah Indar Parawansa saat menjabat sebagai menteri sosial, 2017 silam. 

Istilah fatherless atau father hunger sendiri diartikan sebagai bentuk ‘kelaparan’ terhadap sosok ayah yang seharusnya hadir baik secara fisik maupun psikologis untuk mendampingi anaknya. Adapun Psikolog dari Amerika Edward Elmer Smith mengungkapkan, fatherless country merupakan kondisi di mana masyarakat suatu negara tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan sehari-sehari anak

Psikolog A. Kasandra Putranto menilai predikat Indonesia sebagai fatherless country ketiga menandakan ada kekhawatiran tentang peran ayah yang terbatas atau kurang signifikan dalam keluarga di Indonesia. “Indikator yang dapat menggambarkan Indonesia sebagai fatherless country adalah tingginya tingkat pemisahan keluarga, perceraian, dan keterbatasan waktu yang dihabiskan oleh ayah bersama anak-anak mereka,” katanya saat berbincang dengan Alinea.id, Jumat (9/5).

Menurutnya, ada faktor-faktor sosial dan ekonomi seperti pekerjaan yang memakan waktu, migrasi kerja, atau permasalahan ekonomi yang berkontribusi pada kurangnya peran ayah dalam pengasuhan anak. Namun, dia menegaskan situasi keluarga dapat bervariasi di seluruh negara dan tidak dapat digeneralisasi secara menyeluruh.