Pedih pandemi bagi musisi indie

Segala cara dilakukan oleh musisi yang terimbas pandemi untuk menyambung hidup.

Ilustrasi musisi indie. Alinea.id/Dwi Setiawan

Setelah 10 tahun berkarier di jalur musik independen, band Aestees akhirnya punya kesempatan untuk menggelar tur di berbagai kota. Beragam kerja sama untuk manggung sudah disepakati. Rencana perjalanan pun telah disusun. 

Akan tetapi, wabah pandemi Covid-19 sekonyong-konyong melanda Indonesia. Di Jakarta dan beberapa kota lainnya, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan. Kegiatan-kegiatan yang potensial mengumpulkan massa turut dilarang pemerintah, termasuk di antaranya konser musik. 

"Andai saja tidak ada pandemi, mungkin kami sudah tur keliling kota-kota untuk pertama kalinya. Rencananya kami bakal ke Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali," kata vokalis Aestees, Ainu Ropiq saat berbincang dengan Alinea.id di kawasan Kalideres, Jakarta Barat, belum lama ini. 

Aestees ialah grup musik beraliran death metal asal Ibu Kota. Selain Ropiq atau yang akrab disapa Opiq, band itu digawangi Bebby Fisher, Rizal Arifin, Pagan Zulfikar, dan Hanjar Purwohadi. Pada Oktober 2020, Aestees bakal genap berusia satu dekade. 

"Rencananya kami juga ingin berkerja sama dengan beberapa label di luar Jawa, seperti di Makassar dan Sumatera. Tahun kemarin kami baru rilis album," ujar Opiq mengungkap sejumlah rencana perayaan hari jadi Aestees yang turut batal karena pandemi.