Hyperrealitas debat capres

Debat selain menunjukkan kepiawaian bernarasi, juga berperan memengaruhi persepsi publik.

Dedi Kurnia Syah Putra, Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik (PSDPP) Dosen Komunikasi Politik Universitas Telkom

Debat kedua calon presiden (Capres) pada Minggu (17/2) cukup agitatif. Dari sisi performansi, debat kedua cukup baik dibanding pada debat perdana yang melibatkan pasangan capres.

Debat presidensil, sejatinya memiliki dua tahapan penting. Keduanya bisa disebut sebagai pemicu perubahan konstelasi publik dalam menentukan pilihan, terutama di kalangan menengah rasional.

Pertama, momentum orientasi publik untuk lebih mengenali narasi politik masing-masing capres, sehingga proses perdebatan, silang argumentasi capres dapat dijadikan referensi dalam menentukan pilihan.

Meskipun, kelompok yang menjadikan debat sebagai orientasi, adalah mereka para pemilih dari kalangan menengah rasional. Sementara kelas lainnya, yang lebih dulu loyal cenderung tidak berpengaruh.

Kedua, menguji ketahanan capres dalam menyiapkan visi dan misi pembangunan nasional. Dari debat, sinergi antara program kerja dan strategi implementasi dapat mengemuka.