Isolasi geografis dalam mitigasi Covid-19

Ada baiknya Ilmu biogeografi tersebut, juga perlu menjadi pertimbangan dalam upaya melakukan mitigasi Covid-19 yang sangat berbahaya ini.

Muzani

Sejak awal tahun ini, seluruh dunia dikagetkan oleh suatu penyakit menular dan mematikan bernama Covid-19. Virus ini awalnya muncul di Kota Wuhan, China pada 31 Desember 2019.  “Covid-19”, angka “19”  merujuk pada waktu ditemukannya pada 31 Desember 2019 di Kota Wuhan, China. 

Secara geografi letak China dengan Indonesia berjarak kurang lebih 4.197 kilometer dan dibatasi batas geografi berupa daratan dan lautan. Kendati begitu, ternyata tidak mampu menghalangi masuknya coronavirus ini ke Indonesia. Ini karena pergerakan manusia menjadi carrier dari virus ini. 

Dalam sejarah, kehidupan peradaban makhluk hidup sangat dipengaruhi oleh batas-batas fisik alam, yang dalam ilmu geografi disebut sebagai batas morfologi. Dalam ilmu biogeografi yang merupakan cabang dari ilmu geografi menjelaskan, faktor penghalang dalam penyebaran  flora ataupun fauna, adalah batas geografi yang bisa berupa laut, iklim dan lain-lain.

Batasan geografi (Geographical barrier) juga menjadi penghambat utama dalam penyebaran atau migrasi makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, dan manusia. Berangkat dari situ, ada baiknya Ilmu biogeografi tersebut, juga perlu menjadi pertimbangan dalam upaya melakukan mitigasi Covid-19 yang sangat berbahaya ini.

Sejarah menunjukkan banyak peradaban bangsa terkontrol oleh batas-batas morfologi atau bentuk muka bumi ini. Hal itu seperti yang ditulis dalam The Origin of Political Order (2012). Meski manusia mampu melewati batasan alam itu berhasil mendatangkan keuntungan, akan tetapi kesuksesan tersebut juga dapat merugikan atau ancaman buat umat manusia lain.