Logika 'klik' dan kepentingan yang tercemar

Asbabun Nuzul media adalah pada kepentingan publik. Namun faktanya kini media justru menghamba pada selera pasar.

Ilustrasi clickbait media./ Pixabay

Silang pendapat antara Remotivi dan Tribunnews berlanjut di panggung diskusi publik, Selasa malam (29/5). Dalam diskusi tersebut, hadir Muhammad Heychael, yang beberapa waktu lalu menerbitkan artikel di Remotivi berisi kritik pemberitaan Tribunnews soal terorisme. Pihak Tribunnews yang sedianya diwakili Pemimpin Redaksi Dahlan Dahi urung hadir karena agenda lain.

Heychael berkata, kritik yang ditujukan pada Tribunnews tersebut kebetulan menemukan momentumnya setelah kejadian teror di Mako Brimob. Menurut peneliti senior Remotivi tersebut, ia telah mengkaji selama satu minggu atas pemberitaan-pemberitaan yang diterbitkan Tribunnews. “Jangan sampai peliputan jadi teror itu sendiri,” ucapnya.

Heychael dalam tulisannya mendakwa Tribunnews menghadirkan pemberitaan sensasional dan jurnalisme teror. Alih-alih menggulirkan informasi yang jernih dan mencerahkan, anak media Kompas Gramedia itu justru melakukan sebaliknya. Sementara dalam konteks ini, imbuhnya, hubungan media dan teror akan selalu dilematis, karena terorisme membutuhkan panggung.

“Tribunnews jadi representasi bagaimana media online kita bekerja. Dengan memberi ruang surat teroris tersebut tayang ke publik, itu (sama dengan) memberi ruang pada teror ini sendiri” ujar Heychael.

Rezim 'klik' dan ekosistem yang eksploitatif