Menakar umur media cetak Indonesia

Satu per satu media cetak tanah air rontok, akibat gempuran internet dan krisis ekonomi. Inikah waktu yang tepat ucapkan selamat tinggal?

Pengguna media cetak dan daring/ Pixabay

Senjakala media cetak bukan hanya kabar burung, setelah ditandai kematian beruntun sejumlah media. Yang terbaru, tumbangnya media cetak menimpa Harian Bernas yang terbit di Yogyakarta. Media tiga zaman yang didirikan Menteri Penerangan pertama RI Mr Soemanang ini resmi tak beroperasi per tanggal 1 Maret 2018. Manajer Sirkulasi Bernas, Tedy Kartyadi menerangkan, kematian tersebut lantaran hantaman internet, sehingga memaksa Bernas bertransformasi ke format digital.

Tutupnya koran yang berdiri pada 15 November 1946 ini menyusul pendahulunya, Joglosemar Solo yang lebih dulu mati, pada akhir tahun lalu. Menurut catatan Alinea, lonceng kematian dari jagat media cetak sudah berbunyi sejak sejumlah media seperti Harian Bola, Soccer, Jurnal Nasional, Jakarta Globe, Sinar Harapan memutuskan tutup.

Untuk majalah, kematian itu telah dialami Majalah Tajuk, Prospek, Fortune, Hai, dan Rolling Stone. Kematian parsial juga terindikasi dari penutupan biro koran Sindo, Galamedia edisi Minggu, dan Koran Minggu Tempo. Bahkan pada Desember 2016, delapan produk KPG, yakni Kawanku, Sinyal, Chip, Chip Foto Video, What Hi Fi, Auto Expert, Car and Turning Guide, serta Motor resmi ditutup dan dikonvergensikan dalam cewekbanget.id dan grid.co.id.

Rilis ditutupnya Harian Bernas dan dimigrasikan ke format digital/ istimewa

Daftar kematian beruntun ini diduga akan terus bertambah, seiring penurunan oplah media cetak. Data Serikat Perusahaan Pers (SPS) mendokumentasikan tren oplah media cetak. Sejak 2008 hingga 2014, oplah harian menunjukkan tren naik, kendati jumlah media naik-turun. Pada 2008, total oplah harian berjumlah 7,49 juta. Angka ini terus meningkat meski intervalnya tak terpaut signifikan. Puncaknya pada 2014, total oplah telah mencapai 9,65 juta. Kenaikan itu tak terjadi di 2015, ketika oplah terjun bebas ke 8,79 juta. Merosotnya oplah media cetak ini paling banter menimpa majalah atau tabloid mingguan.