Antara Bapak dan Ibu Indonesia

Puisi ‘Ibu Indonesia’ bukan debut kepenulisan tunggal Sukmawati. Ia juga pernah menunjuk hidung ‘Bapak Orde Baru’ lewat bukunya pada 2011.

Ilustrasi perempuan Jawa yang mengenakan konde, seperti gambaran isi puisi Sukmawati Soekarno Putri

Medio 40-an SM, Roma bergolak. Pasalnya sang imperator Julius Caesar dituding lebih banyak membunuh waktu di negara jajahan, ketimbang mengurus negara. Senat pecah jadi dua kubu, satu mendukung Caesar, sisanya ingin kekuasaan pemimpin Romawi itu tamat.

Perpecahan di kalangan senat ini mulanya berhasil diredam Caesar. Lantaran kepiawaiannya meyakinkan orang, akhirnya ia berhasil mengukuhkan statusnya sebagai diktator Roma. Karena posisinya kembali menguat, ia mengundang Ratu mesir terakhir Cleopatra, yang notabene adalah kekasih gelapnya untuk bertandang ke Roma.

Undangan Caesar itu justru jadi modal lawan politiknya untuk melancarkan serangan balik. Mereka menjatuhkan reputasi Caesar dengan menyebut Cleopatra sebagai gundik, pelacur, dan istri simpanan. Terlebih kala itu Cleopatra tengah mengandung anak kandung Caesar, yang belakangan dinamai Ptolemy Caesar.

Merasa tak terima, Cleopatra membongkar skandal percintaannya dengan Caesar. Ia bahkan terang-terangan menyebut anaknya adalah pewaris sah Romawi. Tindakan itu menjadi angin segar bagi kelompok Republikan yang dimotori Brutus dan Cassius. Mereka memang dari awal berniat merebut kekuasaan, karena tak sepakat dengan konsep diktator seumur hidup yang dilagukan Caesar.

Singkat cerita, Caesar tewas ditikam Brutus saat pergumulan itu sedang panas-panasnya. Sementara Cleopatra tetap dilabeli sebagai perempuan cerdik dan licik yang jadi simpanan Caesar. Akhir yang tragis.