BMKG: Indonesia lebih sering dilanda cuaca ekstrem dan bencana

Selain menimbulkan kerugian materiil, cuaca ekstrem dan bencana juga merenggut jiwa. 

Ilustrasi. Pixabay.

Indonesia akan lebih sering dilanda cuaca ekstrem dan bencana di masa depan. Itu terjadi apabila laju perubahan iklim yang berlangsung tidak bisa dihentikan. Selain menimbulkan kerugian materiil, cuaca ekstrem dan bencana juga merenggut jiwa. 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati, mengajak seluruh masyarakat Indonesia bergotong-royong berkontribusi menahan kencangnya laju pemanasan global dan perubahan iklim. Caranya, melakukan hal-hal yang terlihat gampang dan sepele mulai dari diri sendiri. 

Mulai dari tidak membuang sampah sembarangan, menerapkan prinsip reduce, reuse, recycle (3R), menanam tanaman atau pohon, berjalan kaki, bersepeda atau menggunakan transportasi umum, dan menghemat energi.

"Khusus sampah, dampaknya sangat besar karena memberikan kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Karenanya, meskipun terlihat sepele, langkah konkrit itu berkontribusi besar dalam menahan laju perubahan iklim," kata Dwikorita saat puncak peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-73 di Bukit Kototabang, Sumatera Barat, Senin (20/3).

Menurut mantan rektor UGM itu, perubahan iklim semakin mengkhawatirkan karena memicu dampak yang luas. Hal itu terlihat dari berbagai peristiwa alam terkait iklim, dari suhu udara yang lebih panas, terganggunya siklus hidrologi hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia.