BMKG prediksi gelombang ekstrem capai puncak pekan depan

Gelombang ekstrem yang terjadi diperkirakan akan masuk dalam kategori berbahaya dan sangat berbahaya.

Dua perahu nelayan tetap nekat melaut di perairan Plawangan Puger, Jember, Jawa Timur, Kamis (19/7). Sejumlah nelayan Puger tetap nekat melaut meski gelombang laut selatan mencapai 2,50 meter dan sebelumnya terjadi kecelakaan laut di Puger yang menewaskan lima orang./Antara Foto

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi sejumlah wilayah perairan di Indonesia akan dihantam gelombang laut dengan kategori ekstrem, dengan ketinggian gelombang sekitar 2,5 hingga empat meter. BMKG bahkan memperkirakan puncak gelombang ekstrem terjadi selama seminggu ke depan.

"Diperkirakan gelombang ekstrem berikutnya, puncaknya akan terjadi pada 24 sampai 25 Juli mendatang," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Sabtu (21/7).

Karenanya dia mengimbau pada seluruh masyarakat, terutama yang berada di wilayah sekitar perairan, untuk waspada menghadapi fenomena ini. Menurutnya, wilayah yang berpeluang terjadi gelombang ekstrem adalah di Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Masuknya periode puncak musim kemarau pada Juli dan Agustus, menjadi penyebab terjadinya gelombang ekstrem ini. Pada bulan tersebut, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara juga mengalami puncak musim kemarau. 

Dwikorita menjelaskan, hembusan angin dingin dan kering dari wilayah Australia juga menjadi salah satu penyebab. Angin kering tersebut, membuat potensi hujan minim dan kecepatan angin meningkat dari 35 sampai 50 kilometer per jam.