Menko PMK akui penanganan stunting masih ruwet

NTT, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat menjadi wilayah stunting tertinggi. 

Ilustrasi anak mengalami stunting. Alinea.id/Oky Diaz

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, fokus penurunan stunting di Indonesia tidak hanya di daerah-daerah yang masih memiliki angka stunting tertinggi. Akan tetapi, pemerintah juga meminta daerah yang rendah angka stuntingnya untuk mengejar 0% stunting.

Jika semakin banyak daerah yang berhasil menurunkan angka stunting hingga di bawah 14%, kata dia, maka secara agregat Indonesia mampu mencapai target penurunan stunting pada 2024. Ia pun mengungkapkan, beberapa daerah yang masih memiliki angka stunting tertinggi, yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. 

“Fokus ke daerah yang tinggi stunting bagus, tetapi yang sudah berhasil ini harus dijadikan contoh. Saya optimis di 2024 untuk (Kabupaten) Madiun (Jawa Timur) ini (angka stunting) bisa di bawah 2 digit (di bawah 10 persen), syukur-syukur nol,” ujar Muhadjir dalam keterangannya, Kamis (27/1).

Menurutnya, penurunan stunting tidak bisa diintervensi hanya melalui satu sektor saja, melainkan harus komprehensif, terintegrasi, dan berkelanjutan. Mulai dari pencegahan sejak masa remaja hingga pasca melahirkan terutama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

“Stunting ini ruwet. Masyarakat juga masih banyak yang keliru. Stunting itu dianggap kalau tingginya kurang, beratnya kurang, padahal bukan itu. Stunting itu masalahnya pertumbuhan otak. Saat hamil sebenarnya bisa dilacak apakah janin ini bisa potensi stunting atau tidak. Yang sudah pasti, kalau saat 1000 HPK-nya tidak berhasil, intervensi seperti apapun tidak akan bisa,” ucapnya.