Setengah hati menekan gas rumah kaca

Suhu bumi yang makin panas disebabkan adanya peningkatan gas rumah kaca sepanjang musim kemarau.

Ilustrasi PLTU. Alinea.id/Firgie Saputra

Cuaca yang panas terik di Jakarta membuat Ratih Hanifah, 29 tahun, merasa lunglai setiap memulai aktivitasnya bekerja. Ia pun mengeluh pusing hebat. “Panas banget cuacanya, terkadang bisa sampai 38 derajat celsius,” ujar warga Cilincing, Jakarta Utara itu kepada Alinea.id, Senin (23/10).

Selain panas terik, Ratih juga terganggu dengan polusi debu yang sudah menjadi masalah menahun di wilayah pesisir utara Jakarta. Mata Ratih tak jarang berair lantaran paparan debu. Di daerah itu, terdapat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Derita ditambah dengan krisis air yang menyulitkan warga di sekitar Cilincing.

“Selama musim kemarau, air di Cakung dan Cilincing kering,” ucap Ratih.

Ratih mengaku terganggu lantaran lama hujan tak turun. “Apalagi saat macet, aduh enggak kuat. Biasanya biar enggak nyelekit (terasa) banget (paparan cuaca panas), selalu pakai sunscreen, terus pulang langsung mandi air dingin,” ujarnya.

Meningkatnya gas rumah kaca