Tanda bahaya, karhutla 2023 lebih parah daripada tahun lalu

Di dalamnya, Area Indikatif Terbakar di ekosistem gambut sudah mencapai 45 ribu hektare.

MADANI Berkelanjutan: Karhutla 2023 lebih parah daripada tahun lalu. Ilustrasi: Dok. BPBD Kabupaten Probolinggo

Potensi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia semakin besar.  Para pihak harus bahu-membahu menanggulangi karhutla di daerah-darah paling rawan dengan memperhatikan kesehatan dan kebutuhan masyarakat adat dan lokal di tingkat tapak. 

Menurut Legal Officer Masyarakat dan Alam Indonesia (MADANI) Berkelanjutan, Sadam Afian, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia meluas dengan cepat sepanjang Juli-Agustus 2023. Jika tidak ditangani dengan tepat, karhutla akan menghambat upaya Pemerintah untuk mencapai target iklim nasional

“Dengan potensi karhutla yang semakin besar dalam beberapa bulan ke depan, kami mendorong lembaga-lembaga di pusat dan daerah yang telah dimandatkan dalam Inpres Penanggulangan Karhutla untuk berkomitmen melaksanakan tugas dan dan kewajibannya,” ujar Sadam Afian, dalam keterangannya, Senin (5/9).

Sektor hutan dan lahan merupakan kunci yang sangat vital dalam pencapaian komitmen iklim Indonesia dalam NDC (Nationally Determined Contribution). Hal ini juga erat hubungannya dengan Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 sebagai strategi yang menjamin keselarasan dengan target Paris Agreement yang menargetkan karhutla ditekan hingga nol.

Menurut Sadam Afian, karhutla tahun ini lebih parah dibandingkan tahun lalu. Dalam model Area Indikatif Terbakar (AIT) yang dikembangkan MADANI Berkelanjutan, luas total Area Indikatif Terbakar di Indonesia selama Januari - 21 Agustus 2023 telah mencapai 262 ribu hektare, lebih besar dari kebakaran tahun lalu yang mencapai 204 ribu hektare.