Sama-sama kutip GFP Index, BPN-TKN beda persepsi soal kekuatan militer

Prabowo ditertawakan saat menyebut pertahanan Indonesia lemah.

Personel TNI AL-Koarmada I mengirimkan bahan makanan, bantuan medis dan bahan bakar kepada KRI Usman Harun-359 dalam Latihan Pembekalan Di Laut dalam rangka Gladi Tugas Tempur (Glagaspur) Tingkat III-Koarmada I di perairan Laut Jawa, Jawa Tengah, Kamis (14/3). /Antara Foto

Anggota Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Rizal Darma Putra menyayangkan pendukung Prabowo-Sandi yang menertawakan pernyataan lemahnya pertahanan Indonesia yang diutarakan Prabowo saat debat keempat berlangsung di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (1/4) malam. 

Menurut Rizal, pernyataan Prabowo berbasis data valid. Salah satunya ialah data yang dirilis Global Firepower (GFP) Index 2018. Dari data GFP, Indonesia berada di peringkat 15 di bidang pertahanan dari 137 negara di dunia.

"Apalagi, GFP Index ini merupakan data analisis menggunakan 55 indikator yang tak hanya terkait dengan kekuatan persenjataan," katanya di Jakarta, Senin (1/4).

Rizal mencontohkan jumlah personel militer yang siap perang sebagai indikasi lemahnya kekuatan pertahanan Indonesia. Menurut dia, hanya 0,37% dari total angkatan kerja atau hanya 400 ribu pasukan yang siap perang. 

"Angka tersebut masih  berada di bawah Vietnam dan  Myanmar, yang masing-masing sebesar 482 ribu atau 1,15% dan 406 ribu (1,87%). Indonesia berada sedikit di atas Thailand, yang memiliki personel militer sebanyak 360.000, namun dari segi rasio, Thailand lebih baik, yakni 1,31%," katanya.