Penangkapannya terjadi dalam operasi khusus militer di kota pelabuhan Manta, yang dikenal sebagai basis kekuatan geng Los Choneros.
Lebih dari setahun setelah pelariannya dari penjara memicu badai kekerasan di Ekuador, Jose Adolfo Macias Villamar—yang lebih dikenal dengan nama "Fito"—akhirnya ditangkap kembali. Pemimpin geng Los Choneros ini bukan sekadar buronan biasa; ia adalah simbol dari krisis keamanan yang mengguncang negeri yang dulu dikenal damai di antara dua raksasa perdagangan kokain, Kolombia dan Peru.
Kabar penangkapannya diumumkan langsung oleh Presiden Daniel Noboa melalui media sosial X, diiringi janji yang tegas: "Kami telah melakukan bagian kami untuk melanjutkan ekstradisi Fito ke Amerika Serikat, kami sedang menunggu tanggapan mereka." Di balik pernyataan itu, tersimpan babak baru dari drama panjang yang melibatkan kejahatan terorganisasi lintas negara.
Fito bukanlah nama asing di dunia kriminal Ekuador. Sejak 2011, ia menjalani hukuman 34 tahun penjara atas kejahatan terorganisasi, perdagangan narkoba, dan pembunuhan. Namun kekuasaannya justru bertumbuh di balik jeruji, di mana ia mengendalikan jaringan geng dari dalam penjara—sampai akhirnya ia melarikan diri pada Januari 2024.
Pelariannya bukan hanya kabar kriminal, tetapi awal dari kampanye teror yang melumpuhkan negara. Kerusuhan pecah di berbagai penjara. Polisi disandera. Sebuah stasiun televisi direbut oleh orang-orang bersenjata bertopeng balaclava saat siaran langsung. Sekitar 20 orang tewas dalam ledakan kekerasan yang menyusul. Negara seakan kehilangan kendali.
Presiden Noboa merespons dengan menetapkan status darurat dan mengerahkan militer ke jalan-jalan. Ia menyatakan negara dalam keadaan "konflik bersenjata internal". Namun Fito tetap bebas—hingga hari ini.