sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

8 alasan film Perempuan Tanah Jahanam sayang dilewatkan

Di film horor terbarunya ini, Joko Anwar kembali mengangkat sosok perempuan hamil dan mempersoalkan fungsi keluarga.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Sabtu, 12 Okt 2019 19:00 WIB
8 alasan film Perempuan Tanah Jahanam sayang dilewatkan

3. Mengangkat nilai tradisi dan kesenian Jawa
Dengan latar kisah di Desa Hardjosari di Jawa Tengah, Perempuan Tanah Jahanam mengantarkan penonton pada suasana mencekam desa yang mendapat “kutukan”. Melalui tokoh dalang terkemuka di desa setempat bernama Ki Saptadi (diperankan oleh Ario Bayu), film ini menampilkan sepenggal pertunjukan wayang kulit lengkap dengan iringan musik gamelan dan para niyaga.

Gagasan cerita memunculkan aspek kesenian tradisional ini dipersiapkan matang melalui proses lokakarya mendalang wayang kulit di bawah asuhan Ki Asman Budianto. Didampingi putranya, Dwi Adi Nugroho, kata Joko, Ki Asman Budianto turut menjadi supervisor dalam mempersiapkan adegan pentas wayang kulit semalam suntuk di film. Tak pelak, Perempuan Tanah Jahanam menunjukkan kematangan gagasan dan skenario film horor yang menarik dengan memasukkan unsur tradisi Jawa.

Selain itu, di samping bahasa Indonesia, bahasa pengantar film ini didominasi bahasa Jawa. Dalam tuturan bahasa Jawa, film ini mengandung rasa dan nuansa lokal dan pandangan mistis yang kental yang bertumbuh dalam masyarakat Jawa di pedesaan.

Sebelumnya, Joko juga telah menyutradarai film horor Pengabdi Setan (2017) serta thriller Kala (2007) dan Pintu Terlarang (2009) dengan ketegangan yang intens da keterkaitan nilai tradisi lokal. Dibandingkan film-film tersebut, Joko mengungkapkan rasa ngeri saat menyelesaikan pascaproduksi Perempuan Tanah Jahanam.

“Saya nggak pernah selama membikin film, sesudah film selesai nontonnya ketakutan. Di Perempuan Tanah Jahanam seperti bukan hanya kami yang mengerjakan, tetapi ada energi besar,” tuturnya.

4. Isu keluarga dan gambaran perempuan hamil
Lewat film Perempuan Tanah Jahanam Joko Anwar ingin mempertanyakan kembali, bagaimana semestinya nilai dan fungsi keluarga. Dengan menggali makna peran keluarga sebagai rahim bagi pertumbuhan setiap anak, Joko kembali mengungkapkannya lewat adegan perempuan-perempuan hamil.

Hal ini, menjadi gambaran umum dalam hampir setiap film panjang arahan Joko Anwar. Sebelumnya, gambaran perempuan hamil muncul pada film Janji Joni (2005), Modus Anomali (2012), Pintu Terlarang (2009), dan Gundala (2019). Dalam Perempuan Tanah Jahanam, perempuan hamil ditampilkan beberapa kali, termasuk dalam shoot berulang beberapa ibu-ibu warga Desa Hardjosari saat melahirkan.

Joko mengatakan, citra perempuan hamil dipilihnya sebagai sebuah pertanyaan refleksi dalam dirinya yang kemungkinan bersinggungan dengan pengalaman pribadinya. Dengan begitu, Joko ingin agar cerita horor pada Perempuan Tanah Jahanam membekas di pikiran dan hati penonton—bukan sekadar film horor yang mengejutkan atau mengganggu ketenangan sesaat.

Sponsored

“Saya selalu mempertanyakan kenapa seorang anak dilahirkan oleh orang tuanya ke dunia. Apakah orang tua mau melahirkan seorang bayi ke dunia untuk kepentingan dia atau untuk kepentingan anaknya? Pertanyaan ini yang belum bisa aku jawab sampai sekarang...,” tuturnya.

5. Salah satu aktor baru hasil open casting ialah pengemudi ojek online
Perempuan Tanah Jahanam bertabur bintang seni peran nasional, antara lain Tara Basro, Marissa Anita, Ario Bayu, Christine Hakim, Asmara Abigail, Kiki Narendra, Teuku Rifnu Wikana, dan Zidni Hakim. Pemilihan pemeran film yang dilakukan secara terbuka juga menghasilkan pendatang baru hasil audisi di Surabaya dan Pasuruan.

Dua di antaranya ialah Aan Mursiyanto, seorang pengemudi ojek online asal Malang, Jawa Timur dan Afrian Aris Andy, guru Pendidikan Agama Islam di SMK 10 November Sidoarjo, Jawa Timur.

Keduanya tampil meyakinkan dengan peran yang sebagai warga Desa Hardjosari yang terkungkung oleh paham sebagai warga desa terkutuk. Afrian dan Aan berhasil menyisihkan 200 lebih peserta audisi yang berasal dari kota-kota di Jawa Timur. Film ini berlokasi syuting di Kampung Pal Pakis, Banyuwangi. Selain itu syuting dilakukan di Malang dan sebagian Kabupaten Gempol, Jawa Timur.
 

Berita Lainnya
×
tekid