Akhir pekan, kinerja Rupiah masih tertekan
Gubernur BI, Agus Martowardojo menilai kinerja Rupiah yang tertekan pada akhir pekan terjadi karena faktor eksternal dan internal.
Bank Indonesia (BI) telah memutuskan suku bunga 4,5% demi mengantisipasi kondisi fundamental ekonomi dalam negeri. Meski telah menaikan suku bunga, rupanya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar masih cenderung melemah. Bahkan pada Jumat kemarin, mata uang Garuda berada di level diatas Rp 14.000.
Gubernur BI Agus Martowardojo punya penjelasan terkait Rupiah yang terus keok. Kata Agus, Rupiah yang tertekan jelang akhir pekan terjadi karena adanya faktor eksternal dan juga internal.
Masalah internal misalnya karena neraca perdagangan pada April mengalami defisit US$ 1,63 milliar. Sedangkan masalah eksternal dapat ditebak karena menguatnya mata uang Dolar atas sentimen data ekonomi negara Paman Sam yang membaik.
Menghadapi situasi saat ini, Bank Sentral pun tidak berpangku tangan. Sebab, kata Agus BI sudah mengeluarkan kebijakan terkait dengan monetary operation terkait dengan nilai tukar.
Selain itu BI juga telah mengeluarkan kebijakan makroprudensial. Plus, berkoordinasi dan menjalin komunikasi dengan lembaga-lembaga negara sebagai upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan stabilitas makro ekonomi.
Menteri Koordinator Bidang Perekenomian Darmin Nasution enggan mengomentari kinerja Rupiah pasca kenaikan suku bunga oleh BI. Sebaliknya, Darmin menjelaskan bahwa dampak dari kenaikan suku bunga acuan tidak hanya terjadi di Indonesia saja namun hampir di seluruh negara di dunia.
Pada era bunga yang mahal ini, maka pemerintah memanfaatkannya dengan mendorong pertumbuhan ekonomi. Misalnya lewat penyederhanaan perizinan dan insentif fiskal.
"Kami sudah siapin dan kita tinggal launching aja dalam beberapa hari lagi. Artinya pemerintah udah siapkan diri untuk itu," tegas Darmin pada Jumat (18/5).