sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ambruk lagi, IHSG jadi kedua terburuk di dunia

Bursa Efek Indonesia akan menyiapkan protokol jika IHSG terus merosot.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Kamis, 27 Feb 2020 17:01 WIB
Ambruk lagi, IHSG jadi kedua terburuk di dunia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah atau turun sebesar 2,69% ke level 5.535 pada perdagangan Kamis (27/2). Sektor keuangan yang turun 3,94% dan industri dasar yang turun 2,66% menjadi pendorong pelemahan IHSG hari ini.

Sejak awal tahun hingga hari ini (year-to-date/ytd) IHSG tercatat telah mengalami penurunan 12,13%. Dalam statistik perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, IHSG menjadi indeks dengan penurunan terdalam kedua secara ytd setelah indeks milik Argentina. IHSG berada pada urutan ke-35 dari 36 indeks dunia.

Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan penurunan indeks ini disebabkan oleh kekhawatiran yang semakin meluas atas potensi dampak ekonomi dari penyebaran coronavirus.

"Sekarang yang dilakukan adalah mencermati sisi fundamental. Kejatuhan IHSG disebabkan oleh sektor yang terdampak oleh penyebaran coronavirus," ujar Hasan ditemui di Gedung BEI, Jakarta Kamis (27/2).

Hasan melanjutkan, perkembangan penyebaran coronavirus menyebabkan penurunan signifikan indeks-indeks dunia. Indeks saham milik Jepang, Nikkei misalnya, mengalami penurunan yang signifikan juga sebesar 2,13%.

Hasan mengatakan pihaknya dengan otoritas terkait akan mencermati perkembangan indeks dari waktu ke waktu.

"Kami sudah melengkapi diri dengan protokol yang diperlukan jika terjadi penurunan indeks hingga mencapai batas yang ditoleransi," kata Hasan.

Adapun penurunan saat ini, menurut Hasan, belum menyentuh batas toleransi yang dimaksud. Hasan melanjutkan, apabila IHSG ambruk hingga 10%, pihaknya akan menghentikan perdagangan sementara untuk meredam kejatuhan pasar.

Sponsored

Hasan menjelaskan protokol penghentian perdagangan tersebut pernah dilakukan saat krisis keuangan 2008. Dia mengatakan kondisi tersebut sangat ekstrem sehingga dibutuhkan proses cooling down.

Berita Lainnya
×
tekid