sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Analis: Faktor cuaca dan tenaga kerja dapat mempengaruhi komoditi energi

Persoalan harga komoditas di 2022, juga masih akan dipengaruhi situasi pandemi.

 Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Ratih Widihastuti Ayu Hanifah Selasa, 25 Jan 2022 16:31 WIB
Analis:  Faktor cuaca dan tenaga kerja dapat mempengaruhi komoditi energi

Mengawali tahun 2022, sejumlah komoditas seperti minyak mentah, kelapa sawit, kedelai, emas, dan perak dilaporkan masih mengalami laju pertumbuhan. Salah satunya adalah komoditas energi yang masih menunjukkan tren positif hingga akhir tahun 2021 lalu. Hal ini terlihat dari pertumbuhan transaksi minyak mentah sepanjang tahun 2021 di Bursa Komoditi ICDX sebesar 173% dibandingkan dengan transaksi yang terjadi sepanjang tahun 2020 lalu.

"Komoditi energi sebagai primadona sepanjang 2021. Bahkan, komoditi minyak sawit mentah atau crude palm oil masih diminati sampai akhir tahun 2021. Bursa Komoditi ICDX mencatat pertumbuhan transaksi minyak mentah sepanjang tahun 2021 mencapai nomor relatif fantastis yaitu sebanyak 173% dibandingkan transaksi yang terjadi sepanjang 2020," kata Research & Development ICDX Nikolas Prasetia, Selasa (25/1) di Commodity outlook ICDX Group Research.

Di sisi lain dia memaparkan tentang harga komoditas minyak mentah yang naik (25/1/2022), terpantau menguat. Minyak mentah Brent naik 0,39% ke US$86,61 per barel, WTI naik 0,23% ke US$ 83,5 per barel. Kenaikan ini dipicu karena kekhawatiran gangguan pasokan pada tengah meningkatnya ketegangan pada Eropa Timur dan Timur Tengah. Sementara OPEC dan sekutunya terus berjuang untuk menaikkan produksi. 

Persoalan harga komoditas di 2022, juga masih akan dipengaruhi situasi pandemi. Jika terjadi pembatasan dari pemerintah atau pemberhentian, dan pengusaha melakukan pengurangan jumlah pekerja, maka jumlah produksi akan terpengaruh. Akhirnya berimbas pada harga komoditas.

"Namun saya juga melihat dari sisi bahan bakar minyak (BBM) itu di pengaruhi krisis energi di Eropa. Artinya pengaruhnya itu tentu ke bahan bakar, kenaikan harga bahan bakar juga akan berpengaruh pada biaya transportasi komoditi. Sehingga ini berpengaruh pada dua sisi, selain dari faktor cuaca dan pengurangan karyawan yang menyebabkan distribusi ke produsen terganggu." sambungnya.

"Pengaruh pada komoditas tersebut dapat menyebabkan penurunan pada pasokan dan permintaan. Terutama dari sisi crude palm oil (CPO) juga akan dipengaruhi dari kenaikan minyak bumi global. Hal ini karena komoditas minyak sawit dengan minyak bumi global bergerak secara relatif beriringan. Selain itu dari sisi minyak bumi sendiri mendorong dari krisis energi di Eropa," jelas Nikolas kepada wartawan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan adalah penghentian ekspor batu bara kemarin yang ditetapkan Kementerian Energi, Sumber Daya Alam Dan Mineral. Penghentian ekspor batu bara (ESDM) yang diputuskan pemerintah kemarin sebagai solusi untuk memenuhi pasokan Pembangkit Listrik Negara (PLN) di Indonesia.

"Cukup berpengaruh pada bahan bakar dunia masih terus naik. Belum lagi kita kembali lagi pada kondisi Covid-19 yang semakin naik serta pembatasan kegiatan sosial berskala besar ini juga berpengaruh pada distribusi komoditi ke sektor global dari pengiriman bahan-bahan," tutupnya.

Sponsored

Sebagai tambahan informasi dilansir dari aplikasi RTI Business berdasarkan sisi harga, harga minyak global menurut benchmark West Texas Intermediate (WTI) sempat menguat 79% semenjak awal tahun dan menyentuh $85,41/barel pada akhir bulan Oktober lalu. Sementara, harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) turun pada perdagangan hari ini, Selasa (25/1/2022). Pada pukul 09:00 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia dibanderol MYR 5.211/ton atau turun 49 poin (-0,93%) dari penutupan perdagangan kemarin. Tercatat pada 14 Januari 2022, harga CPO menyentuh MYR 5.334/ton, yang menjadi harga tertinggi sejak 1980. Namun, harga CPO kembali turun hari ini.

Menurut Reuters, harga CPO bisa menguji titik support pada MYR 5.174/ton, yang akan berkiprah turun sampai menyentuh sasaran MYR 5.106/ton dalam hari ini. Penurunan ini mampu sebagai koreksi yang lumrah terhadap daur harga CPO yang terus naik dalam pekan sebelumnya. Mengacu pada survei berdasarkan Reuters, harga CPO dalam tahun ini akan lebih rendah lantaran kenaikan produksi, akan tetapi sejauh ini masih menampakan tren flat.

Pasalnya dari harga komoditas minyak sawit mentah dalam perdagangan tahun ini juga menampakan konvoi yang volatile lantaran terbatasnya pasokan karena Malaysia menciptakan konvoi yang sedikit lambat terkait krisis energi kerja dan kebijakan pemerintahnya terhadap tenaga hijau. Energi hijau merupakan tenaga yg asal berdasarkan tumbuhan  hidup (biomassa) yang biasa dianggap biodiesel.

Berita Lainnya
×
tekid