sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Analis: Sulit mengedukasi investor retail

Presiden Jokowi menegaskan pasar modal harus bersih dari para spekulan yang menggoreng saham. 

Annisa Saumi
Annisa Saumi Jumat, 03 Jan 2020 13:37 WIB
Analis: Sulit mengedukasi investor retail

Membuka perdagangan pada 2020, Presiden Joko Widodo berpesan pada otoritas pasar modal untuk membersihkan bursa dari saham-saham gorengan. Presiden bilang "bersih-bersih" ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan ke pasar modal Indonesia.

Menanggapi pesan Presiden Jokowi, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial mengatakan tantangan utama dalam bersih-bersih saham gorengan ini adalah memberikan edukasi ke investor retail.

"Karena investor retail mungkin kalau bicara modalnya, lalu pengetahuannya, tidak sepiawai investor institusi. Itu yang bisa kita lihat dari refleksi ucapan Pak Jokowi kemarin," kata Janson ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (3/1).

Janson menjelaskan, investor retail sebaiknya memperhatikan kinerja perusahaan yang menjadi tujuan investasi mereka. Kinerja tersebut seperti balance sheet, cashflow statement, hingga income statement. Bukan hanya melihat faktor saham emiten yang dituju naik hingga 200% atau 300% tanpa disertai kinerja positif dari emiten tersebut.

Janson pun mengamati, selama ini, perusahaan yang baru melakukan penawaran saham di BEI memang mencatatkan kinerja saham yang sangat baik pada enam bulan pertama. Namun, menjelang akhir tahun, kinerja tersebut rontok, turun di bawah 50%.

"Jadi faktor kehati-hatian dari investor, Manajer Investasi (MI) itu mutlak. Lalu yang paling penting faktor integritas dari pelaku pembawa kebijakan investasi di instansinya masing-masing," tutur Janson.

Otoritas pasar modal, lanjut Janson, juga memiliki pekerjaan rumah yang tak kalah penting yaitu memperhatikan faktor integritas pemangku jabatan di perseroan. Sebab, Janson memperhatikan faktor integritas korporasi sangat lemah dalam dua hingga tiga tahun terakhir. 

"Kita lihat dengan kasus Garuda Indonesia, Asuransi Jiwasraya, itu kasus-kasus yang lebih disebabkan faktor integritas dan bobroknya tata kelola perusahaan yang baik," ujarnya.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid