sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bank Mandiri catat penurunan laba bersih 23,7% semester I-2020

Turunnya laba bersih tersebut akibat dampak dari pandemi Covid-19.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Rabu, 19 Agst 2020 12:45 WIB
Bank Mandiri catat penurunan laba bersih 23,7% semester I-2020

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan penurunan laba bersih 23,7% menjadi Rp10,3 triliun pada semester I-2020, dari Rp13,5 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, turunnya laba bersih tersebut akibat dampak dari pandemi Covid-19. Meskipun demikian, Bank Mandiri masih membukukan pertumbuhan kredit 4,38% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp871,7 triliun.

Royke menjelaskan, laju penyaluran kredit produktif perseroan mencapai 4,23% yoy menjadi Rp585,3 triliun dibandingkan Juni 2019, yang terdiri atas kredit modal kerja sebesar Rp306,4 triliun dan kredit investasi sebesar Rp279,0 triliun. Sementara kredit konsumsi Bank Mandiri tumbuh 3,56% yoy menjadi Rp169,5 triliun.

"Saat ini salah satu fokus penyaluran kredit perseroan adalah membantu pelaku usaha yang terdampak Covid-19. Ini dilakukan untuk mengembalikan kapasitas produksi yang sempat menurun, akibat pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi yang diberlakukan di sebagian besar wilayah Indonesia," kata Royke, Rabu (19/8).

Sponsored

Royke mengatakan pihaknya terus memastikan strategi pertumbuhan yang konservatif, melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan analisis sektor yang cermat dalam penyaluran kredit. Dengan strategi tersebut, pencapaian rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) Bank Mandiri tercatat di level 3,28% pada semester I-2020.

“Untuk mengantisipasi potensi ketidakpastian ekonomi ke depan, kami juga membangun pencadangan untuk memastikan terjaganya kualitas aset. Per Juni 2020, rasio coverage CKPN konsolidasi kami berada di kisaran 195,5%,” ujarnya.

Meski meningkatkan pencadangan, Bank Mandiri juga memastikan likuiditas perseroan berada pada level yang aman dan dapat mendukung skenario ekspansi perseroan. Hal ini didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) konsolidasi yang mencapai 15,82% secara YoY menjadi Rp976,6 triliun, di mana komposisi dana murah mencapai 61,9%.

Berita Lainnya
×
tekid